kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berlomba-lomba menciptakan vaksin corona, negara mana yang memimpin?


Senin, 30 Maret 2020 / 14:24 WIB
Berlomba-lomba menciptakan vaksin corona, negara mana yang memimpin?
ILUSTRASI. Riset vaksin corona. REUTERS/Bing Guan


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Saat dokter-dokter di dunia berjuang siang dan malam untuk menyelamatkan nyawa pasien di rumah sakit, para ilmuwan terkemuka global juga berlomba-lomba memproduksi vaksin pertama untuk virus corona baru.

Melansir The Jerusalem Post, beberapa dari ilmuwan yang memimpin telah mengandalkan pengetahuan dari wabah virus corona sebelumnya. Sementara, sebagian ilmuwan yang lain telah menggunakan teknologi platform vaksin yang digunakan untuk memerangi epidemi lain, termasuk Ebola.

Meskipun proses pengaturan dan hambatan birokrasi kemungkinan akan dipercepat, termasuk percepatan uji klinis pada manusia, dunia perlu bersabar untuk kedatangan vaksin.

Baca Juga: Virus Corona jadi ujian terbesar Trump dalam berhubungan dengan China

Dr Mike Ryan, direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO, mengatakan kepada televisi BBC pada hari Minggu bahwa akan diperlukan setidaknya satu tahun untuk vaksin agar bisa tersedia. Langkah ini menekankan perlunya standar keamanan yang ketat.

Jadi, negara mana yang memimpin dalam perlombaan penciptaan vaksin yang sangat diburu ini? Berikut sejumlah perusahaan dunia yang tengah mengembangkan vaksin seperti yang dihimpun The Jerusalem Post:

Baca Juga: Peneliti Australia uji vaksin pencegah TBC untuk tangkal virus corona

Moderna

Dosis pertama dari vaksin virus corona mRNA-1273, yang dikembangkan oleh US National Institutes of Health (NIH) dan tim peneliti penyakit menular Moderna, diberikan kepada peserta pertama dalam studi Fase 1 pada 16 Maret. 

Uji coba vaksin, dibangun berdasarkan studi SARS dan MERS sebelumnya, dimaksudkan untuk memberikan data tentang keamanan dan imunogenisitas vaksin, dan diharapkan vaksin ini akan diberikan kepada 45 sukarelawan dewasa sehat selama enam minggu.

Baca Juga: WHO peringatkan dunia: Jangan sia-siakan kesempatan kedua untuk melawan virus corona

Perusahaan penemuan obat yang berbasis di Cambridge, Massachusetts ini menekankan bahwa mereka masih dalam tahap awal dan belum ada obat yang disetujui sampai saat ini. Perusahaan juga belum pernah melakukan uji coba pada manusia sebelumnya. 

Percobaan saat ini sedang dilakukan di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle.

Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular NIH, menggambarkan penelitian ini sebagai "langkah awal yang penting menuju" penemuan vaksin yang aman dan efektif.

CanSino Biologics

Pihak berwenang di China memberikan persetujuan minggu lalu untuk uji klinis Fase 1 vaksin virus corona yang dikembangkan oleh para peneliti di CanSino Biologics yang berbasis di Tianjin dan Akademi Ilmu Kedokteran Militer.

Baca Juga: Perangi corona, pemimpin G20 suntikkan US$ 5 triliun ke dalam ekonomi global

Tes Ad5-nCoV pada hewan, kata para peneliti, menunjukkan bahwa kandidat vaksin dapat menginduksi respon imun yang kuat dan menunjukkan profil keamanan yang baik. Penyaringan awal untuk studi terhadap manusia pertama telah dimulai, dan diharapkan akan diujicoba pada 108 peserta sehat di Rumah Sakit Tongji Wuhan.

"Setelah berkomitmen untuk memberikan dukungan tanpa syarat untuk memerangi epidemi global, CanSinoBIO bertekad untuk meluncurkan kandidat produk vaksin kami sesegera mungkin dengan tetap mengedepankan kualitas dan keamanan," kata ketua dan CEO CanSino Xuefeng Yu.

Baca Juga: Xi Jinping: Virus tak mengenal batasan, tak ada negara yang kebal pandemi corona

Migal

Terletak di Kiryat Shmona, MIGAL - Galilee Research Institute bekerja untuk mengadaptasi vaksin yang awalnya dikembangkan untuk mencegah Virus Infeksi Bronkitis (IBV) pada unggas.

Didanai oleh pemerintah, institut ini memuji terobosan ilmiah yang akan mengarah pada penciptaan cepat vaksin melawan virus corona pada akhir Februari, berdasarkan kesamaan genetik antara avian coronavirus dan novel coronavirus. 

Pengujian manusia terhadap vaksin oral, kata lembaga itu, diharapkan akan dimulai dalam delapan hingga 10 minggu, dan persetujuan keamanan diharapkan keluar dalam 90 hari.

"Kami saat ini sedang dalam diskusi intensif dengan mitra potensial yang dapat membantu mempercepat fase uji coba terhadap manusia dan mempercepat penyelesaian pengembangan produk akhir dan kegiatan pengaturan," kata CEO MIGAL David Zigdon.

Baca Juga: Tim Kemenristek petakan tiga prioritas untuk tangani Covid-19

Farmasi INOVIO

INOVIO yang berbasis di Pennsylvania mengumumkan penerimaan hibah senilai US$ 5 juta dari Bill & Melinda Gates Foundation pada 12 Maret untuk mempercepat pengujian vaksin DNA baru untuk COVID-19, yang dikenal sebagai INO-4800.

Saat ini dalam studi praklinis, INOVIO berencana untuk maju ke uji klinis Fase 1 AS bulan depan, yang didukung pendanaan hingga US$ 9 juta dalam pendanaan dari Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi. 

Baca Juga: Pria di Arizona meninggal pasca konsumsi cairan chloroquine

"Tim ahli vaksin kami bekerja sepanjang waktu untuk memajukan INO-4800 dan kami berharap dapat menarik kemitraan tambahan untuk mempercepat pengembangannya guna memenuhi kebutuhan kesehatan global yang mendesak ini," kata presiden dan CEO INOVIO Dr. J. Joseph Kim.

CureVac

Perusahaan Jerman ini dilaporkan tengah dibidik oleh Presiden AS Donald Trump untuk diakuisis. CureVac mengumumkan bahwa mereka meningkatkan platform obat berbasis mRNA untuk memproduksi vaksin melawan virus corona yang baru.

Komisi Eropa telah menawarkan bantuan keuangan hingga € 80 juta kepada CureVac, yang berencana meluncurkan uji klinis pada Juni 2020. Jika terbukti, komisi itu mengatakan, jutaan dosis vaksin dapat diproduksi dengan biaya rendah di fasilitas produksi perusahaan yang ada.

Baca Juga: WHO: Jaga jarak fisik saja tak membantu kita menang melawan corona

"Kombinasi ilmu mRNA, pemahaman penyakit, formulasi dan keahlian produksi membuat CureVac pemain unik untuk melawan penyakit menular, tidak peduli apakah itu musiman atau pandemi," kata CTO CureVac Mariola Fotin-Mleczek.

BioNTech

Perusahaan imunoterapi Jerman, BioNTech dan raksasa farmasi Amerika Pfizer menandatangani surat persetujuan minggu lalu untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin berbasis mRNA terhadap coronavirus yang baru. 

Kemitraan ini, yang awalnya dibentuk pada tahun 2018 untuk mengembangkan vaksin flu, akan mempercepat program vaksin COVID-19 BioNTech BNT162. Targetnya, vaksin ini memasuki uji klinis pada akhir April.

Baca Juga: Hati-hati, begini efek samping pemakaian chloroquine bagi pasien Covid-19

Hanya sehari sebelumnya, perusahaan yang berbasis di Mainz ini mengumumkan pengembangan strategis dan kolaborasi komersialisasi dengan Fosun Pharma untuk memajukan vaksin mRNA di China. Fosun Pharma akan menggelontorkan dana kepada BioNTech senilai US$ 135 juta sebagai investasi awal dan potensial di masa depan dan pembayaran tonggak sejarah.

"Kami merasa berkewajiban untuk mengeksploitasi teknologi secara penuh dan keahlian imunoterapi kami untuk membantu mengatasi pandemi darurat COVID-19," kata pendiri dan CEO BioNTech, Prof. Ugur Sahin. 




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×