Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
Membangun industri film
Di antara para penonton film hari Rabu kemarin adalah Putri Reema bint Bandar, sepupu kedua Pangeran Mohammed, yang membawa putranya yang berusia 16 tahun untuk mengalami apa yang disebutnya "momen bersejarah".
Meski Kerajaan Saudi menutup bioskop sejak awal 1980-an, orang-orang Saudi telah menjadi konsumen utama media dan budaya Barat. Film-film Hollywood dan serial televisi secara luas ditonton di rumah dan pemutaran film pribadi telah ditoleransi selama bertahun-tahun.
Pada 2017 pemerintah mengatakan akan mencabut larangan itu sebagian untuk menghemat uang yang saat ini dihabiskan orang Saudi untuk hiburan selama perjalanan ke Dubai, Bahrain, dan tempat lain.
Untuk melayani populasi lebih dari 32 juta orang, sebagian besar di bawah usia 30 tahun, pihak berwenang berencana menyiapkan sekitar 350 bioskop dengan lebih dari 2.500 layar pada tahun 2030, yang mereka harap akan meghasilkan hampir US$ 1 miliar dalam penjualan tiket tahunan.
Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa teater tidak akan dipisahkan menurut jenis kelamin seperti kebanyakan tempat umum lainnya di Arab Saudi.
Awwad, menteri kebudayaan, mengatakan pada Reuters bahwa bioskop di Saudi akan mirip dengan bioskop di seluruh dunia. Pemutaran awal kemungkinan untuk keluarga dengan sesekali untuk bujangan.
Sejauh mana gunting sensor akan tidak jelas, tapi seorang pejabat Saudi mengatakan versi yang sama dari film yang ditampilkan di Dubai atau Kuwait akan cocok untuk tayang di Arab Saudi. Oh, iya, dua adegan ciuman tampaknya telah dipotong dari screening "Black Panther".
Ditanya tentang kemungkinan reaksi konservatif terhadap bioskop, Awwad mengatakan pemerintah fokus untuk menciptakan peluang investasi.
"Bagi mereka yang ingin datang dan menikmati menonton film di bioskop, mereka lebih diterima," katanya. "Dan bagi mereka yang tidak ingin menonton film sama sekali, itu juga pilihan pribadi mereka."