Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – CANBERRA. Biro Meteorologi Australia meragukan kemungkinan terbentuknya pola cuaca La Nina yang dapat mengubah pola hujan dan membawa cuaca ekstrem ke beberapa wilayah di Amerika, Asia, dan Oseania, kata seorang ahli klimatologi senior, Senin (20/10/2025).
La Nina dan kebalikannya, El Nino, disebabkan oleh pendinginan atau pemanasan suhu permukaan laut di bagian timur dan tengah Pasifik.
La Nina biasanya membawa curah hujan lebih tinggi ke Australia bagian timur, Asia Tenggara, dan India.
Baca Juga: Cuaca Panas Melanda, BMKG Imbau Warga Hindari Aktivitas Luar Ruangan di Jam Ini
Sementara Amerika cenderung lebih kering. Sebaliknya, El Nino memicu pola cuaca sebaliknya. Kedua fenomena ini juga dapat memicu badai dan banjir.
Menurut Felicity Gamble dari Biro Meteorologi Australia, model cuaca yang memprediksi pola ini biasanya menunjukkan sinyal kuat pada waktu ini, tetapi saat ini terdapat banyak variasi, menunjukkan ketidakpastian yang tinggi.
“Itu menunjukkan bahwa masih ada banyak ketidakpastian dalam sistem,” ujar Gamble.
Saat ini, kondisi La Nina terpantau lemah dan diperkirakan bertahan hingga Desember, menurut laporan NOAA (Badan Kelautan dan Atmosfer AS).
Model Australia menunjukkan suhu permukaan laut mendekati ambang La Nina, yakni 0,8 derajat Celsius di bawah normal selama Oktober hingga Desember, sebelum kembali menuju level netral.
Baca Juga: Cuaca Panas Terik? Jangan Panik, Ini Cara Lindungi Kulit Anda
Namun, efek air laut yang lebih dingin terhadap indikator atmosfer, seperti pola awan dan angin pasat, tidak cukup kuat untuk memastikan La Nina sedang berlangsung, tambah Gamble.
“Model kami mungkin salah satu perkiraan La Nina yang lebih lemah. Kami ingin melihat lebih banyak sinyal yang kuat,” katanya.
Selain beberapa pulau di barat daya Pasifik, tidak ada indikasi kuat pola hujan khas La Nina, sehingga dampaknya juga diperkirakan lebih kecil.
“Ketika sinyalnya lemah, pengaruh lain bisa menjadi lebih dominan dan mungkin menimpanya,” jelas Gamble.
Baca Juga: Panas Ekstrem Meningkat Tajam, Negara Kepulauan Jadi Korban Terparah
Tiga peristiwa La Nina berturut-turut antara 2020–2023 membawa hujan melimpah, menghasilkan panen rekor di Australia, tetapi juga menyebabkan kekeringan dan gelombang panas di beberapa bagian Amerika.