kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.600   -6,00   -0,04%
  • IDX 8.089   173,32   2,19%
  • KOMPAS100 1.119   28,59   2,62%
  • LQ45 796   23,97   3,10%
  • ISSI 285   3,86   1,37%
  • IDX30 415   14,34   3,58%
  • IDXHIDIV20 470   17,22   3,80%
  • IDX80 124   2,97   2,46%
  • IDXV30 133   4,48   3,48%
  • IDXQ30 131   4,31   3,39%

Biro Cuaca Australia Ragukan Terbentuknya La Nina Tahun Ini


Senin, 20 Oktober 2025 / 15:03 WIB
Biro Cuaca Australia Ragukan Terbentuknya La Nina Tahun Ini
ILUSTRASI. Kota Sydney: Biro Meteorologi Australia meragukan kemungkinan terbentuknya pola cuaca La Nina yang dapat mengubah pola hujan dan membawa cuaca ekstrem ke beberapa wilayah di Amerika, Asia, dan Oseania, kata seorang ahli klimatologi senior, Senin (20/10/2025).. REUTERS/Loren Elliott


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – CANBERRA. Biro Meteorologi Australia meragukan kemungkinan terbentuknya pola cuaca La Nina yang dapat mengubah pola hujan dan membawa cuaca ekstrem ke beberapa wilayah di Amerika, Asia, dan Oseania, kata seorang ahli klimatologi senior, Senin (20/10/2025).

La Nina dan kebalikannya, El Nino, disebabkan oleh pendinginan atau pemanasan suhu permukaan laut di bagian timur dan tengah Pasifik.

La Nina biasanya membawa curah hujan lebih tinggi ke Australia bagian timur, Asia Tenggara, dan India.

Baca Juga: Cuaca Panas Melanda, BMKG Imbau Warga Hindari Aktivitas Luar Ruangan di Jam Ini

Sementara Amerika cenderung lebih kering. Sebaliknya, El Nino memicu pola cuaca sebaliknya. Kedua fenomena ini juga dapat memicu badai dan banjir.

Menurut Felicity Gamble dari Biro Meteorologi Australia, model cuaca yang memprediksi pola ini biasanya menunjukkan sinyal kuat pada waktu ini, tetapi saat ini terdapat banyak variasi, menunjukkan ketidakpastian yang tinggi.

“Itu menunjukkan bahwa masih ada banyak ketidakpastian dalam sistem,” ujar Gamble.

Saat ini, kondisi La Nina terpantau lemah dan diperkirakan bertahan hingga Desember, menurut laporan NOAA (Badan Kelautan dan Atmosfer AS).

Model Australia menunjukkan suhu permukaan laut mendekati ambang La Nina, yakni 0,8 derajat Celsius di bawah normal selama Oktober hingga Desember, sebelum kembali menuju level netral.

Baca Juga: Cuaca Panas Terik? Jangan Panik, Ini Cara Lindungi Kulit Anda

Namun, efek air laut yang lebih dingin terhadap indikator atmosfer, seperti pola awan dan angin pasat, tidak cukup kuat untuk memastikan La Nina sedang berlangsung, tambah Gamble.

“Model kami mungkin salah satu perkiraan La Nina yang lebih lemah. Kami ingin melihat lebih banyak sinyal yang kuat,” katanya.

Selain beberapa pulau di barat daya Pasifik, tidak ada indikasi kuat pola hujan khas La Nina, sehingga dampaknya juga diperkirakan lebih kecil.

“Ketika sinyalnya lemah, pengaruh lain bisa menjadi lebih dominan dan mungkin menimpanya,” jelas Gamble.

Baca Juga: Panas Ekstrem Meningkat Tajam, Negara Kepulauan Jadi Korban Terparah

Tiga peristiwa La Nina berturut-turut antara 2020–2023 membawa hujan melimpah, menghasilkan panen rekor di Australia, tetapi juga menyebabkan kekeringan dan gelombang panas di beberapa bagian Amerika.

Selanjutnya: Biaya Investasi Indonesia Dinilai Masih Lebih Mahal dari India atau Vietnam

Menarik Dibaca: Saham-saham Bank Melejit Menopang IHSG, Ada Apa?


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×