kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Boikot produk Tingkok menggema, India bukan tandingan China dalam perang dagang


Senin, 22 Juni 2020 / 05:00 WIB
Boikot produk Tingkok menggema, India bukan tandingan China dalam perang dagang
ILUSTRASI. Unjuk rasa anti China di New Delhi. REUTERS/Anushree Fadnavis


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Terjadinya pertempuran dengan tangan kosong di perbatasan yang menewaskan 20 tentara India memicu kemarahan publik di negara itu. Seruan boikot produk China semakin nyaring di seantero negeri.

Dilansir dari Indian Express, Minggu (21/6/2020), pemerintah India tengah berupaya menekan Beijing dengan mendorong warganya melakukan boikot pada barang-barang buatan dari China. Wacana memulai perang dagang dengan China juga mulai disuarakan publik India.

Menteri Persatuan India, Ramdas Bandu Athwale, meminta masyarakat tak pergi ke restoran yang menjual makanan China tanpa pengecualian, meski pemiliknya maupun kokinya adalah seorang warga negara India. Seruan boikot juga menggema untuk mencegah warga India membeli barang elektronik dari pabrikan China.

Baca Juga: Pejabat India klaim setidaknya 40 tentara China meninggal saat bentrok di perbatasan

Kendati demikian, memboikot produk China di India dianggap banyak kalangan malah akan merugikan ekonomi nasional negara itu. Ini karena India begitu bergantung pada barang impor dari Tiongkok.

Sepanjang tahun 2019-2020, perdagangan dengan China berkontribusi sebesar 10,6% dari seluruh neraca perdagangan India, atau yang terbesar kedua setelah perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Sebaliknya bagi China, perdagangan dengan India hanya menyumbang 2,1%, sehingga tak terlalu siginifikan pengaruhnya bagi China.

Baca Juga: Kasus corona di India melonjak, New Delhi batalkan cuti staf medis

Bagi India, China juga merupakan patner dagang vital. Sebaliknya bagi China, India tak memegang peran terlalu siginifikan dan komoditas impor dari India masih bisa digantikan negara lain.

Menurut data United National Conference on Trade and Development (UNCTAD) di tahun 2018, 15,3% barang impor yang ada di India berasal dari China. Sementara barang impor di China yang didatangkan dari India hanya sebesar 5,1%.

Dilansir dari Timesoft India, menabuh genderang perang dagang dengan China malah akan berimbas negatif pada ekonomi India. Apalagi, negara ini sangat bergantung pada China untuk rantai pasok global, salah satunya pasokan bahan kimia untuk bahan baku industri obat yang harus dibeli dari China.

Baca Juga: Mengintip kekuatan persenjataan militer India vs China siapa lebih dominan?

India selama ini dikenal sebagai salah satu produsen farmasi terbesar dunia. Kekurangan bahan baku dari China bisa membuat ekspor obat India anjlok. Selain itu, Negeri Bollywood ini juga tak bisa lepas dari investasi China. Perang dagang dengan Beijing, tentu bisa membuat investasi luar negeri di India merosot.

Total ada 225 perusahaan besar China yang berinvestasi langsung di India sepanjang tahun 2003 hingga 2020. Investor terbesar asal China yakni perusahaan telekomunikasi seperti Huawei dan Xiaomi. Beberapa perusahaan raksasa lainnya dari China juga tengah menjajaki penambahan nilai investasi di India, termasuk membangun basis produksi. Mereka adalah ZTE, Benling, Dezan Shira, Wafangdian, dan Vivo.

Baca Juga: Militer India vs China tawuran di lereng Himalaya ini perbandingan kekuatannya

Dilansir dari Business Insider, tercatat 4 dari 5 merek handphone paling mendominasi di India berasal dari Negeri Tirai Bambu. Samsung yang berasal dari Korea, jadi satu-satunya merek non-China yang berada di urutan 5 besar tersebut. Harga yang murah namun dengan spesifikasi tinggi, membuat smartphone dari pabrikan China sulit tergantikan di India, terutama di kalangan masyarakat menengah dan menengah ke bawah.

Untuk menekan biaya, pabrikan ponsel pintar di China juga membangun pusat produksi di India. Merek paling laris di pasaran India adalah Xiaomi dengan pangsa pasar sebesar 30%. Artinya, 3 dari 10 orang di India adalah pengguna ponsel besutan perusahaan yang didirikan Lei Jun pada 2010 tersebut.

Di luar itu, India sebelum pandemi virus corona, juga mendapatkan keuntungan sangat besar dari lonjakan turis asing dari China.

Baca Juga: Konflik dengan China, PM Modi: Seluruh negara terluka dan marah!

India juga sulit melepaskan dari ketergantungan pada barang-barang murah dari China. Perang dagang dengan China bisa memicu kalangan menengah ke bawah dalam kondisi sulit. Selama ini, warga miskin di India banyak menggunakan produk-produk made in China yang lebih terjangkau. Mereka juga sangat sensitif dengan harga.

Baca Juga: Kenapa China vs India rebutan Lembah Galwan yang kering dan tidak ada tumbuhan?

Contoh saja produk pendingin ruangan, warga miskin di India bakal kesulitan jika harus mengganti AC buatan China dengan pabrikan Jepang yang harganya jauh lebih mahal. "Kita harus bisa mandiri sebisa mungkin, tetapi kita tidak bisa memisahkan dari dunia. India harus terus mempertahankan diri menjadi bagian dari rantai pasokan global dan tidak memboikot barang-barang dari China," kata pemimpin Kongres India, Chidambaram dikutip dari Livemint.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "India Bukan Tandingan China dalam Perang Dagang"
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Muhammad Idris



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×