kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BRICS Belum Mampu Kurangi Ketergantungan Global atas Dolar, Posisi Si Hijau Aman


Rabu, 26 Juni 2024 / 10:03 WIB
BRICS Belum Mampu Kurangi Ketergantungan Global atas Dolar, Posisi Si Hijau Aman
ILUSTRASI. Riset terbaru menunjukkan, dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan utama dunia. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Hasil studi terbaru yang dilakukan oleh  Atlantic Council's GeoEconomics Center menunjukkan, dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan utama dunia. 

Riset tersebut juga memperlihatkan, baik euro maupun negara-negara BRICS belum mampu mengurangi ketergantungan global pada dolar.

Melansir Reuters, kelompok “Dollar Dominance Monitor” mengatakan, dolar terus mendominasi kepemilikan cadangan devisa, faktur perdagangan, dan transaksi mata uang secara global. Selain itu, peran dolar sebagai mata uang cadangan global utama tetap aman dalam jangka pendek dan menengah.

Dominasi dolar – peran dolar AS yang sangat besar dalam perekonomian dunia – semakin menguat akhir-akhir ini.

Kondisi itu mengingat kuatnya perekonomian AS, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan meningkatnya risiko geopolitik. 

Dolar tetap perkasa bahkan ketika fragmentasi ekonomi telah memperkuat dorongan negara-negara BRICS untuk beralih ke kebijakan mata uang cadangan internasional  lainnya. 

Baca Juga: Uni Eropa Dukung Rencana Pembekuan Aset Rusia untuk Ukraina, Hongaria Marah

Laporan Dewan Atlantik mengatakan sanksi Barat terhadap Rusia yang diberlakukan oleh negara-negara maju G7 setelah invasi Moskow ke Ukraina telah mempercepat upaya negara-negara BRICS untuk mengembangkan serikat mata uang.

Namun kelompok tersebut tidak mampu membuat kemajuan dalam upaya de-dolarisasinya. 

BRICS adalah organisasi antar pemerintah yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Etiopia, dan Uni Emirat Arab.

Dewan Atlantik mengatakan, Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Batas (CIPS) China menambah 62 peserta langsung dalam 12 bulan hingga Mei 2024. Angka itu meningkat sebesar 78%, sehingga totalnya menjadi 142 peserta langsung dan 1.394 peserta tidak langsung.

Negosiasi seputar sistem pembayaran intra-BRICS masih dalam tahap awal. Akan tetapi, perjanjian bilateral dan multilateral dalam grup tersebut dapat menjadi dasar bagi platform pertukaran mata uang seiring berjalannya waktu. 

Baca Juga: Xi dan Putin Cetak Skor, Semakin Banyak Negara Asia yang Ingin Gabung dengan BRICS

Namun, menurut laporan tersebut, perjanjian-perjanjian ini tidak mudah untuk diukur, karena dinegosiasikan secara individual.

Laporan tersebut mencatat bahwa China secara aktif mendukung likuiditas renminbi melalui jalur swap dengan mitra dagangnya. Hanya saja, porsi renminbi dalam cadangan mata uang asing global turun menjadi 2,3% dari puncaknya sebesar 2,8% pada tahun 2022.

“Hal ini mungkin terjadi karena kekhawatiran para manajer cadangan devisa terhadap perekonomian China, sikap Beijing terhadap perang Rusia-Ukraina, dan potensi invasi China ke Taiwan yang berkontribusi terhadap persepsi renminbi sebagai mata uang cadangan yang berisiko secara geopolitik,” kata laporan itu.

Euro, yang pernah dianggap sebagai pesaing peran internasional dolar, juga melemah sebagai mata uang alternatif. Dan, berdasarkan laporan yang sama, mereka yang ingin mengurangi eksposur risiko beralih ke emas.

Baca Juga: Pemerintahan Biden Umumkan Sanksi Baru Terhadap Rusia Menjelang KTT G7

Dikatakan bahwa sanksi Rusia telah memperjelas kepada sejumlah negara bahwa euro memiliki risiko geopolitik yang serupa dengan dolar. 

Kekhawatiran seputar stabilitas makroekonomi, konsolidasi fiskal, dan kurangnya kesatuan pasar modal Eropa juga merugikan peran euro di kancah global.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×