Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pada Senin (21/4/2025), Presiden AS Donald Trump mengatakan perekonomian AS dapat melambat kecuali suku bunga segera diturunkan.
Trump mengulangi kritiknya terhadap Pimpinan Federal Reserve Jerome Powell, yang mengatakan suku bunga tidak boleh diturunkan sampai lebih jelas bahwa rencana tarif Trump tidak akan menyebabkan lonjakan inflasi yang terus-menerus.
"Dengan tren penurunan biaya yang sangat baik ini, seperti yang saya prediksi, hampir tidak ada inflasi, tetapi ekonomi dapat RENDAH kecuali Tuan Terlambat, pecundang besar, menurunkan suku bunga, SEKARANG," kata Trump dalam sebuah postingan di Truth Social.
Melansir Reuters, pernyataan tersebut, dan tekanan yang tampaknya semakin meningkat dari pemerintah terhadap pimpinan Fed, membuat pasar saham turun dan imbal hasil obligasi naik.
Pasalnya, investor dan analis mempertimbangkan dampaknya jika Trump memicu pertikaian atas independensi kebijakan moneter Fed dan mencoba menyingkirkan Powell sebelum akhir masa jabatannya sekitar setahun dari sekarang.
Tidak jelas apakah Trump memiliki kewenangan untuk melakukannya. Bahkan jika berhasil, struktur tata kelola Fed akan memberikan anggota dewan yang tersisa dan presiden bank regional suara atas keputusan suku bunga - yang berpotensi memaksa Gedung Putih melakukan serangan yang lebih dalam terhadap Dewan Gubernur Fed yang beranggotakan tujuh orang.
Baca Juga: Ada Kebijakan Tarif AS, Kemendag Siapkan Pasar Non-tradional Untuk Ekspor
Ancaman Trump yang berulang untuk memecat Powell muncul saat ia mencoba mendorong Fed agar segera memangkas suku bunga untuk mengurangi perlambatan ekonomi yang diperkirakan secara luas dan kemungkinan kerugian bagi pasar tenaga kerja karena tarif dan kebijakan lainnya. Sementara pembuat kebijakan Fed mendesak kehati-hatian atas kekhawatiran inflasi, yang tetap di atas target 2% mereka. Inflasi itu dapat didorong lebih tinggi oleh pajak impor.
The Fed selanjutnya akan bertemu pada tanggal 6-7 Mei dan secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tetap pada kisaran 4,25% hingga 4,50% saat ini.
Prospek yang lebih lemah
Prospek pertumbuhan dan sentimen secara keseluruhan semakin menurun karena Trump meningkatkan upaya untuk mengenakan pajak impor pada barang-barang dari mitra dagang utama AS dan banyak produk inti, sehingga para ekonom terkemuka menaikkan perkiraan kemungkinan resesi tahun ini.
"Indeks Indikator Ekonomi Utama dari The Conference Board turun sebesar 0,7% pada bulan Maret dan masih di atas tingkat resesi. Hal ini menunjukkan perlambatan aktivitas ekonomi di masa mendatang," kata Justyna Zabinska-La Monica, manajer senior, indikator siklus bisnis, di The Conference Board.
Baca Juga: Trump Ancam Negara-Negara yang Lakukan 8 Kecurangan Non-Tarif
Meskipun inflasi diperkirakan akan menurun dalam hasil prediksi mendatang, ada kesepakatan luas juga bahwa tarif impor yang direncanakan Trump akan mendorong tingkat inflasi kembali ke level 4% atau lebih tinggi sepanjang sisa tahun ini.
Pejabat Fed mengatakan, meskipun guncangan harga itu mungkin bersifat sementara, yang memungkinkan mereka untuk memangkas suku bunga pada akhirnya, mereka khawatir hal itu dapat menyebabkan inflasi yang lebih persisten yang akan mengharuskan mereka untuk menjaga kondisi kredit lebih ketat.
Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan dalam komentarnya kepada CNBC pada hari Senin bahwa bank sentral membutuhkan lebih banyak waktu untuk melihat dampak bersih dari kebijakan Trump.
"Dampak tarif pada ekonomi makro berpotensi tidak terlalu besar," kata Goolsbee. "Kami tidak tahu seperti apa dampaknya pada rantai pasokan, jadi saya pikir kami ingin bersikap lebih tenang dan mencoba mencari tahu jalan keluarnya sebelum kami bertindak," tambahnya.
Tonton: Trump Ancam Pecat Ketua The Fed Jerome Powell, Berpotensi Ciptakan Kepanikan Pasar?
Saham AS, yang dibuka lebih rendah pada hari Senin karena kekhawatiran investor tentang meningkatnya serangan Trump terhadap Powell, merosot lebih jauh setelah unggahan media sosial presiden tersebut, dengan indeks acuan S&P 500 turun 2% pada hari itu.
Kenaikan imbal hasil Treasury merupakan hal yang sangat sensitif bagi pemerintah karena berarti suku bunga hipotek, pinjaman mobil, dan pembiayaan lainnya yang lebih tinggi bagi konsumen, dan persyaratan kredit yang lebih mahal bagi perusahaan.