Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia menguat pada perdagangan Senin (22/12/2025), mengikuti reli saham berbasis teknologi di Wall Street.
Sementara itu, yen Jepang terus berada di bawah tekanan dan menyentuh level terendah sepanjang masa terhadap euro dan franc Swiss, meskipun suku bunga domestik telah dinaikkan.
Aktivitas perdagangan relatif sepi seiring pekan yang dipersingkat oleh libur akhir tahun di sejumlah negara.
Baca Juga: Pasar Kecewa Sikap BOJ, Yen Melemah ke Level Terendah dalam 17 Bulan
Namun, sentimen pasar cenderung positif menjelang rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tertunda, yang diperkirakan menunjukkan ekonomi AS tetap tumbuh solid pada kuartal III-2025.
Proyeksi median memperkirakan pertumbuhan tahunan sebesar 3,2%, didukung oleh penurunan impor setelah lonjakan sebelumnya menjelang penerapan tarif.
Meski demikian, analis Bank of America (BofA) mengingatkan adanya potensi koreksi. Indikator sentimen investor versi BofA telah masuk zona sangat bullish di level 8,5, yang secara historis kerap diikuti pelemahan pasar.
“Level di atas 8,0 sering kali mendahului koreksi, dengan saham global rata-rata turun 2,7% dalam dua bulan berikutnya,” tulis BofA dalam catatannya.
Survei Fund Manager juga menunjukkan sentimen paling bullish dalam 3,5 tahun terakhir, didorong ekspektasi penurunan suku bunga, tarif, dan pajak.
Untuk saat ini, kekhawatiran tertinggal reli (fear of missing out/FOMO) masih mendominasi. Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,2% dan Nasdaq futures menguat 0,3%.
Baca Juga: Skandal 1MDB: Mantan PM Malaysia Najib Razak Hadapi Dua Putusan Penting Pekan Ini
Indeks Nikkei Jepang melonjak 1,5%, melanjutkan penguatan sejak Jumat lalu. Pelemahan yen dinilai berpotensi meningkatkan kinerja laba eksportir Jepang.
Tekanan terhadap yen terjadi setelah Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,75%, tertinggi dalam 30 tahun, yang justru memicu aksi jual besar-besaran pada obligasi pemerintah Jepang.
Notulen rapat BOJ dijadwalkan rilis pada Rabu, sementara Gubernur BOJ akan berbicara di hadapan kalangan pelaku usaha Jepang pada Hari Natal.
Yen dalam Sorotan Intervensi
Yen sempat menyentuh rekor terlemah di level 184,90 per euro dan 198,08 per franc Swiss. Terhadap dolar AS, yen berada di kisaran 157,67.
Investor masih berhati-hati untuk mendorong dolar menembus level puncak November di 157,90, yang dikhawatirkan dapat memicu intervensi pemerintah Jepang.
Baca Juga: Negosiasi Damai Rusia-Ukraina: AS Sebut Produktif, Ini Pembahasannya
Pejabat utama urusan mata uang Jepang kembali menyampaikan kekhawatiran atas pergerakan nilai tukar yang satu arah dan menegaskan kesiapan mengambil langkah jika pelemahan dinilai berlebihan.
Indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3%, sementara Korea Selatan melonjak 1,8% seiring optimisme terhadap kinerja perusahaan berbasis kecerdasan buatan (AI).
Analis TD Securities mencatat arus dana ke pasar saham global mencapai rekor tertinggi pekan lalu sebesar US$ 98 miliar, dipimpin oleh saham AS.
Dana saham China mencatat arus masuk mingguan terbesar ketiga sepanjang 2025, sementara pasar negara berkembang membukukan arus masuk terbesar sejak April.
Sebaliknya, arus dana ke obligasi melambat untuk pekan keempat berturut-turut. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak 1999, sementara yield obligasi AS tenor 10 tahun naik ke 4,157%.
Di pasar komoditas, perak kembali mencetak rekor baru di US$ 67,48 per ons, dengan kenaikan hampir 134% sepanjang tahun berjalan. Harga emas naik 0,6% ke US$ 4.362 per ons.
Baca Juga: 15 Tahun Pascafukushima, Jepang Siap Nyalakan Kembali PLTN Terbesar Dunia
Harga minyak juga menguat setelah AS mencegat kapal tanker minyak Venezuela pada akhir pekan dan mengejar tanker lain, yang menjadi operasi ketiga dalam kurun kurang dari dua pekan.
Minyak Brent naik 0,7% ke US$ 60,88 per barel, sementara minyak mentah AS menguat 0,7% ke US$ 56,89 per barel.













