Sumber: CNBC,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kondisi Argentina yang saat ini tengah berjuang melawan krisis keuangan, semakin diperburuk oleh kekalahan Presiden yang mengejutkan dalam polling utama baru-baru ini.
Dalam pemungutan suara yang dilihat banyak orang sebagai kunci untuk putaran pertama pemilihan presiden Argentina pada akhir Oktober, Macri yang kebijakannya dikenal sangat ramah bisnis kalah dengan selisih suara yang jauh. Bahkan selisihnya lebih besar dari yang diperkirakan melawan pimpinan oposisi Alberto Fernandez dan mantan pemimpin Argentina Cristina Fernandez de Kirchner.
Data CNBC menunjukkan, hasil polling itu menyebabkan peso tersungkur ke rekor terendah bulan lalu. Mata uang Argentina, ditutup pada kisaran 59,49 per dollar AS pada hari Jumat. Jika dihitung, peso telah anjlok lebih dari 30% sejak pemilihan umum awalan yang dihelat 11 Agustus 2019.
Baca Juga: Warga Argentina ramai-ramai menarik dana di bank
Kebijakan kontrol modal yang dirilis Macri memang sudah diprediksi sebelumnya oleh pelaku pasar. Meski demikian, sebagian dari mereka merasa cemas kebijakan itu akan membahayakan rencana pinjaman progmam bailout dari Badan Moneter Internasional (IMF) senilai US$ 57 miliar.
Jame Athey, senior investment manager Aberdeen Standard Investment kepada CNBC mengatakan, dirinya masih meyakini bahwa IMF akan tetap menyalurkan pinjamannya senilai US$ 5,4 miliar pada akhir bulan ini.
"Yang paling pentingting, IMF tidak mau menjadi orang yang menekan stekernya," kata Athey.
Baca Juga: Terancam default yang ke-9, Argentina minta tambahan waktu untuk bayar utang
Athey juga berpendapat, perusahaan pemeringkat utang memiliki masalah yang sama jika membahas Argentina. Banyak dari mereka "terburu-buru" untuk memangkas status Argentina menjadi junk dalam beberapa pekan terakhir. "Secara realistis, saya rasa kesehatan ekonomi Argentina tidak berubah drastis. Yang terjadi adalah aset-aset eksternal mengalami perubahan," jelasnya lagi.