Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan adanya risiko tinggi terjadinya koreksi signifikan di pasar saham Amerika Serikat dalam enam bulan hingga dua tahun mendatang.
Peringatan ini disampaikan dalam wawancara eksklusif dengan BBC, di tengah kekhawatiran meningkatnya ketidakpastian global.
“Saya jauh lebih khawatir soal hal itu dibandingkan kebanyakan orang,” kata Dimon. Ia menyoroti sejumlah faktor yang menciptakan atmosfer ketidakpastian, mulai dari ketegangan geopolitik, pengeluaran fiskal pemerintah, hingga remiliterisasi global yang sedang berlangsung di berbagai kawasan.
Baca Juga: CEO JPMorgan: The Fed Sulit Pangkas Suku Bunga Jika Inflasi AS Tak Turun!
“Semua hal ini menimbulkan banyak persoalan yang belum kita tahu bagaimana menjawabnya,” ujar Dimon, seraya menambahkan bahwa pasar saham AS kini menghadapi risiko meningkat akibat potensi overheating.
Kekhawatiran terhadap Inflasi dan Stabilitas Kebijakan Moneter
Meski begitu, Dimon menyatakan hanya memiliki kekhawatiran ringan terhadap inflasi, dan tetap percaya pada independensi Federal Reserve (The Fed) dalam menjaga stabilitas moneter.
Ia juga menanggapi kritik dari pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap Ketua The Fed Jerome Powell, dengan menegaskan pentingnya menjaga otonomi lembaga tersebut.
Baca Juga: JPMorgan Kaget! Biaya Visa H-1B AS Tembus Rp1,5 Miliar
“Fed harus tetap bertindak berdasarkan data dan kebijakan jangka panjang, bukan tekanan politik,” tegas Dimon.
Ketidakpastian Ekonomi AS Masih Tinggi
Peringatan ini bukan yang pertama kali disampaikan Dimon. Pada bulan sebelumnya, ia juga telah mengingatkan bahwa dampak penuh dari tarif impor, kebijakan imigrasi, dinamika geopolitik, serta kebijakan pajak dan belanja Presiden Trump masih belum sepenuhnya terlihat karena bersifat siklus jangka panjang.
Menurut Dimon, kombinasi faktor-faktor tersebut dapat menciptakan tekanan baru terhadap ekonomi dan pasar keuangan Amerika Serikat, terutama jika investor mulai kehilangan kepercayaan terhadap arah kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.