Sumber: Business Insider | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Adam Dorr, direktur riset di lembaga riset RethinkX, mengatakan kepada The Guardian pada bulan Juli bahwa AI dan robotika dapat membuat pekerjaan menjadi usang pada tahun 2045, membandingkan pekerja dengan kuda di era mobil, atau kamera tradisional di era fotografi digital.
Para pakar lain lebih berhati-hati dalam menarik garis lurus dari masa lalu.
Ethan Mollick, seorang profesor kewirausahaan dan inovasi di Wharton School, Universitas Pennsylvania, mengatakan kepada NPR pada tahun 2023 bahwa teknologi seringkali meningkatkan produktivitas dan, seiring waktu, menciptakan pekerjaan yang lebih baik.
"Mungkin saja pada akhirnya, kita mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tetapi dalam jangka pendek, akan ada banyak disrupsi," ujarnya.
Ada juga kasus di mana otomatisasi justru memperluas lapangan kerja.
Pada tahun 2023, Lindsey Raymond, seorang Ph.D. Kandidat di MIT Sloan School of Management ini menyoroti penemuan mesin pemisah kapas di akhir tahun 1700-an, yang membuat produksi jauh lebih murah sehingga permintaan melonjak, meningkatkan lapangan kerja secara keseluruhan.
Meskipun demikian, ia memperingatkan bahwa dinamika serupa dalam layanan pelanggan dapat mengakibatkan persaingan yang lebih ketat dan upah yang lebih rendah.
Tonton: Insentif Impor Mobil Listrik Tak DIperpanjang, BYD cs Wajib Bangun Pabrik di RI
Para sejarawan memperingatkan bahwa disrupsi tidak selalu seimbang. Pada tahun 2023, Brian Merchant, penulis "Blood in the Machine: The Origins of the Rebellion Against Big Tech," membandingkan momen saat ini dengan pemberontakan kaum Luddite di awal tahun 1800-an, ketika para pekerja kain menghancurkan mesin tenun yang menurunkan nilai kerajinan mereka.
Revolusi Industri tidak sepenuhnya menghapus pekerjaan, katanya, tetapi seringkali menggantikan peran-peran terampil dan bergaji tinggi dengan pekerjaan pabrik yang berbahaya dan bergaji rendah.
"Hampir semua orang merugi, kecuali pemilik pabrik," katanya.