Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Janji China kepada Afrika untuk memberi pinjaman US$ 60 miliar, bakal mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, ada risiko yang mengintai.
Pada 4 September lalu di Forum on China Africa Cooperation (FOCAC) di Beijing, China menjanjikan pinjaman untuk mendukung keuangan Afrika dan akan memberi keleluasaan pinjaman tanpa bunga yang jatuh tempo tahun ini.
Berdasarkan catatan Moody's yang dikutip Kontan.co.id, Senin (10/9), pinjaman China memang merupakan sumber pembiayaan yang penting bagi beberapa negara dan dapat mendukung pertumbuhan ekonmi mereka. Terutama, jika investasi diarahkan pada sektor infrastruktur.
Di sisi lain, ada risiko gadai yang makin membuat pemerintahan rentan, seperti beban utang yang tinggi, risiko nilai tukar, dan kerentanan eksternal.
Angka sebesar US$ 60 miliar selama tiga tahun itu terdiri dari US$ 35 miliar dalam bentuk hibah, pinjaman, dan kredit. Lalu, dana pengembangan pembiayaan sebesar US$ 10 miliar, dan US$ 5 miliar untuk mendukung impor barang Afrika China.
Bukan cuma itu, perusahaan-perusahaan China juga akan didorong untuk menginvestasikan US$ 10 miliar di Afrika Selama periode yang sama.
Dalam tiga tahun terakhir, negara-negara Afrika Sub-Sahara, terutama Republik Kongo (Caa2 negatif), Ethiopia (B1 stabil) dan Angola (B3 stabil), telah meminjam banyak dari China.
Pada pertemuan FOCAC 2015, China juga menjanjikan pinjaman US$ 60 miliar kepada Afrika. Pinjaman China kepada pemerintah Afrika selama dekade terakhir telah digunakan terutama untuk proyek-proyek infrastruktur besar.
Di sisi lain, penurunan metrik fiskal negara-negara peminjam telah membatasi kemampuan mereka untuk mengambil lebih banyak utang, bahkan ketika utang itu digunakan membiayai investasi infrastruktur yang bisa meningkatkan pertumbuhan. Selain itu, Moody's menilai, pinjaman China sering kurang transparan dibandingkan dengan kreditur resmi lainnya.
Menurut data dari Infrastructure Consortium for Africa, China adalah sumber pendanaan infrastruktur terbesar ketiga dan pemberi pinjaman negara terbesar untuk proyek infrastruktur di Afrika antara 2012 dan 2016.
Pentingnya pembiayaan China untuk negara Afrika berbeda di antara debitur, tetapi mayoritas pinjaman China telah diarahkan ke sektor listrik dan transportasi. Manfaat bagi ekonomi yang lebih luas terbatas karena tingginya kandungan impor investasi infrastruktur.
Bank Pembangunan Afrika memperkirakan. total kebutuhan investasi infrastruktur Afrika adalah US$ 130 - US$ 170 miliar per tahun jika akses universal ke fasilitas infrastruktur utama akan dicapai pada tahun 2025. Pada tahun 2018, Bank Pembangunan Afrika memperkirakan hanya sekitar setengah dari jumlah itu diinvestasikan dalam infrastruktur .
Moody's menilai, potensi manfaat ekonomi dari investasi infrastruktur hanya mungkin terwujud dalam jangka menengah. Sementara biaya fiskal dari beban utang yang lebih tinggi dan peningkatan biaya pembayaran utang punya dampak lebih cepat.
Komitmen terbaru untuk memaafkan pinjaman tanpa bunga memang bisa memberi nafas tambahan untuk negara-negara tersebut. Namun, ruang lingkup pengampunan utang juga terbatas pada pinjaman bebas bunga yang jatuh tempo tahun ini. Apalagi berdasarkan pengalaman masa lalu, pembatalan utang Cina cenderung relatif kecil atau terbatas pada negara-negara yang dililit hutang dan miskin.