kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China Tengah Dilanda Masalah Ekonomi yang Parah, Ini 5 Penyebabnya


Kamis, 06 Oktober 2022 / 06:36 WIB
China Tengah Dilanda Masalah Ekonomi yang Parah, Ini 5 Penyebabnya
ILUSTRASI. China dilanda masalah ekonomi yang parah. Salah satu indikasinya adalah pertumbuhan ekonomi terhenti. REUTERS/Thomas White


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

2. Beijing tidak melakukan cukup kebijakan untuk ekonominya

Pada bulan Agustus, Beijing telah mengumumkan kebijakan mengenai rencana senilai 1 triliun yuan (US$ 203 miliar) untuk meningkatkan usaha kecil, infrastruktur dan real estat.

Akan tetapi, hal itu dinilai tidak cukup. Para pejabat dapat berbuat lebih banyak untuk memicu pengeluaran demi memenuhi target pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja.

Hal ini termasuk lebih banyak investasi di infrastruktur, meringankan persyaratan pinjaman untuk pembeli rumah, pengembang properti dan pemerintah daerah, dan keringanan pajak untuk rumah tangga.

"Respon pemerintah terhadap pelemahan ekonomi cukup sederhana dibandingkan dengan apa yang telah kita lihat selama serangan pelemahan ekonomi sebelumnya," kata Kuijs.

3. Pasar properti China tengah mengalami krisis

Lemahnya aktivitas real estate dan sentimen negatif di sektor perumahan tidak diragukan lagi memperlambat pertumbuhan.

Kondisi ini telah memukul ekonomi China dengan keras karena properti dan industri lain yang berkontribusi terhadapnya menyumbang hingga sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.

"Ketika kepercayaan lemah di pasar perumahan, itu membuat orang merasa tidak yakin tentang situasi ekonomi secara keseluruhan," kata Kuijs.

Baca Juga: Kinerja Saham di China Terpuruk, Investor Makin Melirik India

4. Perubahan iklim memperburuk keadaan

Cuaca ekstrem mulai berdampak jangka panjang pada industri China.

Gelombang panas yang parah, diikuti oleh kekeringan, melanda provinsi barat daya Sichuan dan kota Chongqing di sabuk tengah pada bulan Agustus.

Ketika permintaan akan kebutuhan AC melonjak, hal itu membanjiri jaringan listrik di wilayah yang hampir seluruhnya bergantung pada tenaga air.

Pabrik-pabrik, termasuk produsen besar seperti pembuat iPhone Foxconn dan Tesla, terpaksa memangkas jam kerja atau menutup total pabriknya.

Biro Statistik China mengatakan pada bulan Agustus bahwa keuntungan di industri besi dan baja saja turun lebih dari 80% dalam tujuh bulan pertama tahun 2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Saham Sektor Properti China Menguat Terlecut Seruan Regulator Keuangan




TERBARU

[X]
×