Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China tidak bakal terburu-buru untuk mengikuti langkah negara-negara lain dalam melonggarkan moneter secara signifikan. Tapi, Tiongkok punya banyak pilihan untuk membantu menopang pertumbuhan yang melambat
Meski banyak langkah untuk mendorong pertumbuhan sejak tahun lalu, ekonomi China tetap belum stabil lantaran perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Analis memperkirakan, pertumbuhan China bisa melemah lebih lanjut pada kuartal ketiga tahun ini dari level terendahnya dalam 30 tahun terakhir, mendekati angka 6,2% pada triwulan sebelumnya.
Baca Juga: Begini upaya China menstabilkan pertumbuhan ekonomi
Gubernur People's Bank of China (PBOC) Yi Gang mengatakan, kebijakan ekonomi makro memiliki ruang yang signifikan untuk bergerak, terutama di bidang fiskal dan moneter.
"Tapi, kami tidak terburu-buru untuk mengambil langkah-langkah yang mirip dengan bank sentral negara lain, seperti pengurangan suku bunga atau kebijakan pelonggaran kuantitatif," kata Yi dalam briefing menjelang peringatan ke-70 Republik Rakyat Tiongkok, Selasa (24/9), seperti dikutip Reuters.
China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun untuk kedua kali secara berturut-turut pada Jumat pekan lalu. Sebab, bank sentral ekonomi terbesar kedua di dunia ini berupaya menurunkan biaya kredit untuk mendukung perusahaan-perusahaan kecil yang terkena dampak perang dagang dan pelambatan yang lebih luas.
Tetapi, langkah PBOC tersebut jauh lebih kecil ketimbang kebijakan Federal Reserve (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) dalam beberapa minggu terakhir.
Baca Juga: Berefek buruk, Trump pertanyakan keputusan AS yang minta China menunda kunjungan
Yi menyatakan, masih ada banyak ruang untuk bermanuver dalam kebijakan moneter, meski opsi lain tetap harus "dihargai". PBOC akan mempertahankan kebijakan moneter "normal" selama mungkin.
"Kebijakan moneter China akan mempertahankan orientasi yang prudent," tegas Yi.