Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“Setiap klaim dari Nexperia China yang menyatakan sebaliknya menimbulkan keraguan serius terhadap praktik manajemen inventaris oleh manajemen lokal. Karena itu, kegagalan pengiriman sepenuhnya merupakan tanggung jawab entitas Nexperia di China,” tulis pernyataan tersebut.
Lebih jauh lagi, cabang Eropa mengatakan akan tetap melayani pelanggan dengan langsung menyediakan wafer kepada mereka — langkah yang mengindikasikan pemutusan alur distribusi melalui operasi Nexperia di China.
Sebelumnya pada hari yang sama, surat bersama dari sembilan unit Nexperia di China kepada seluruh karyawan menuduh manajemen puncak “secara sengaja mensabotase produksi dan operasi Nexperia China” dengan menghentikan suplai wafer, meragukan kualitas produk, serta tidak memberikan pendanaan dan dukungan yang telah disepakati.
Surat itu juga menyebut bahwa pemerintah Belanda “belum melakukan langkah konkret” untuk menghentikan pelanggaran terhadap hak perusahaan China atau memulihkan stabilitas rantai pasok global semikonduktor.
Surat tersebut tampaknya merupakan balasan terhadap pesan yang dikirim CEO Nexperia yang ditunjuk Belanda, Stefan Tilger, kepada pekerja Nexperia di China pada 12 November. Isi surat tersebut belum diungkap, namun pihak China menyebutnya “memutarbalikkan fakta dan membingungkan situasi”, mencerminkan sikap sebagian manajemen Belanda yang “menghindari tanggung jawab dan mengabaikan kepentingan karyawan”.
Kisruh ini dimulai pada akhir September ketika otoritas Belanda memberlakukan aturan yang memisahkan operasi di Belanda dari pemilik perusahaan di China.
Seminggu setelah itu, pengadilan Belanda mencopot pemilik dan CEO asal China atas alasan tata kelola perusahaan. Sebagai respons, Beijing memberlakukan pembatasan ekspor chip dari China, membuat rantai pasok industri otomotif kacau.
Tonton: Bos Besar Scam Myanmar Diekstradisi ke China, Sempat Buron 10 Tahun
Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa Amerika Serikat juga telah menekan Belanda selama berbulan-bulan untuk mengganti pengelola perusahaan, dengan ancaman memasukkan Nexperia ke daftar hitam yang diperluas.
Krisis ini sempat terlihat mereda setelah pertemuan pemimpin AS dan China bulan lalu di Korea Selatan, ketika keduanya sepakat menghentikan eskalasi perang dagang. Kesepakatan itu sempat diyakini menyelesaikan masalah Nexperia.
Namun rangkaian pernyataan terbaru membuat masa depan gencatan itu kembali dipertanyakan.
Kesimpulan
Artikel ini membahas eskalasi konflik internal dan geopolitik terkait perusahaan chip Nexperia, yang dimiliki China tetapi berbasis di Belanda. Ketegangan memuncak setelah pemerintah Belanda membatasi kendali pemilik China dan pengadilan mencopot CEO asal China, memicu respons balasan berupa pembatasan ekspor dari Beijing. Divisi Eropa dan China perusahaan kini saling menyalahkan soal pendanaan dan suplai wafer, sementara pemerintah China dan Belanda juga terlibat dalam pertikaian diplomatik. Situasi ini menyoroti rapuhnya stabilitas rantai pasok chip global dan mempertanyakan keberlanjutan kesepakatan “gencatan dagang” antara AS dan China yang sebelumnya dianggap meredakan krisis.













