CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.170   -44,98   -0,62%
  • KOMPAS100 1.096   -6,56   -0,60%
  • LQ45 873   -3,12   -0,36%
  • ISSI 217   -1,51   -0,69%
  • IDX30 447   -1,07   -0,24%
  • IDXHIDIV20 540   0,64   0,12%
  • IDX80 126   -0,68   -0,54%
  • IDXV30 136   0,26   0,20%
  • IDXQ30 149   -0,14   -0,09%

Cuaca Buruk dan Helikopter yang Sudah Tua Diduga Jadi Penyebab Tewasnya Presiden Iran


Selasa, 21 Mei 2024 / 14:35 WIB
Cuaca Buruk dan Helikopter yang Sudah Tua Diduga Jadi Penyebab Tewasnya Presiden Iran
ILUSTRASI. Usia helikopter yang sudah tua dan cuaca buruk diduga sebagai faktor utama penyebab kecelakaan yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi. Stringer/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS


Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Usia helikopter yang sudah tua dan cuaca buruk diduga sebagai faktor utama penyebab kecelakaan maut yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi.

Helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat (AS) tersebut juga mengangkut Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian, Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur Malek Rahmati, dan beberapa orang lainnya.

Tidak ada korban selamat dalam tragedi ini.

Rekaman drone menunjukan lokasi jatuhnya helikopter di lereng bukit yang curam, dengan hanya terlihat puing-puing helikopter.

Baca Juga: Kim Jong Un Kirim Pesan Duka ke Iran: Kematian Raisi adalah Kerugian Besar

Cuaca Buruk

Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi mengatakan cuaca berkabut tebal ketika helikopter itu mengudara menuju kota Tabriz.

"Dalam kondisi cuaca buruk, pilot memiliki pilihan untuk menghindari dengan memutar arah atau mendarat. Sebenarnya tidak ada solusi teknis di sini," kata Simon Sparkes, pilot uji helikopter militer dan ahli penerbangan, kepada The National, Senin (20 Mei).

Resiko sangat tinggi ketika helikopter terbang dengan visibilitas rendah melalui medan pegunungan, di mana angin kencang memberikan tekanan tambahan.

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menyebutkan dikelilingi oleh pegunungan tinggi dan terbang di atas lembah dapat membingungkan seorang pilot dan menavigasi melalui medan seperti itu sangat melelahkan secara mental dan fisik.

"Masuk ke dalam awan atau kabut secara tidak sengaja adalah salah satu penyebab utama kecelakaan helikopter secara global," lanjut Sparkes.

"Di daerah pegunungan, pilot harus terbang sangat tinggi untuk keamanan dan mungkin saja cuaca atau ketinggian gunung melampaui kemampuan helikopter. Selain itu, tanpa oksigen, helikopter tidak dapat terbang di atas 10.000 kaki karena hipoksia," tambahnya.

Kecelakaan yang mirip terjadi di Kenya beberapa minggu yang lalu melibatkan helikopter Bell UH-1H Huey II yang telah beroperasi selama delapan tahun.

Panglima angkatan bersenjata Kenya, Jenderal Francis Ogalla, tewas dalam kecelakaan itu.

Kecelakaan Bell 212 lain yang pernah terjadi adalah di Laut Utara pada September 1986, ketika sebuah helikopter darurat medis yang dioperasikan oleh Skotlandia jatuh saat misi penyelamatan, menewaskan semua enam orang di dalamnya.

Hujan lebat dan visibilitas yang buruk diduga sebagai penyebab kecelakaan tersebut.

Baca Juga: Hamas Memuji Mendiang Presiden Iran Ebrahim Raisi: Beliau Mendukung Rakyat Palestina

Krisis Suku Cadang

Selain cuaca, usangnya helikopter maut itu juga disinyalir sebagai penyebab kecelakaan.

Helikopter nahas itu menurut sejumlah analis penerbangan sudah berusia 50 tahun. Pertama sekali dioperasikan pada tahun 1968, Iran membelinya pada tahun 1970-an ketika negeri itu diperintah oleh Shah Reza Pahlavi yang merupakan sekutu dekat AS.

Data terakhir pada tahun 2024 yang dikutip Euronews menunjukan negara-negara yang masih menggunakan Helikopter Bell 212 adalah kepolisian Slovenia, Kroasia, Serbia, Macedonia Utara, dan pasukan penjaga pantai di Jepang dan Kanada.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×