Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - VILNIUS. Uni Eropa harus segera meningkatkan pertahanannya karena Rusia mungkin siap menghadapi konfrontasi dalam enam hingga delapan tahun ke depan.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh calon komisaris pertahanan pertama Uni Eropa kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Andrius Kubilius, mantan perdana menteri Lithuania, tetangga Rusia, telah ditunjuk untuk meningkatkan industri persenjataan benua itu.
Yakni dengan mendorong negara-negara Uni Eropa membelanjakan lebih banyak dana untuk senjata Eropa dan melakukan pengadaan bersama.
Selain itu, dia juga bertugas untuk meningkatkan kerja sama lintas batas antar perusahaan-perusahaan senjata di kawasan.
Jabatan baru tersebut mencerminkan bagaimana keamanan telah menjadi prioritas utama agenda politik Uni Eropa sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
"Menteri pertahanan dan jenderal NATO sepakat bahwa Vladimir Putin dapat siap menghadapi konfrontasi dengan NATO dan Uni Eropa dalam 6-8 tahun ke depan," kata Kubilius, seorang kritikus keras Rusia dan pendukung Ukraina, pada hari Rabu (18/9/2024).
Baca Juga: AS: Tantangan yang Dipicu China Melampaui Tantangan Saat Perang Dingin
"Jika kita menanggapi penilaian ini dengan serius, maka itu adalah waktu bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan baik, dan itu adalah waktu yang singkat. Ini berarti kita harus mengambil keputusan yang cepat, dan keputusan yang ambisius," katanya.
Kubilius mengatakan, tugas pertamanya sebagai komisaris adalah untuk mengeksplorasi sumber daya apa yang dibutuhkan Uni Eropa agar siap menghadapi tantangan militer. Ia menargetkan untuk menyelesaikan studi eksplorasi dalam 100 hari pertama.
Dia mengatakan kurangnya investasi lebih dari satu triliun euro dalam satu dekade sejak krisis keuangan menyebabkan industri pertahanan Eropa berada dalam kondisi yang tidak memuaskan.
Pengeluaran bukan pengadaan
Kubilius menghadapi perjuangan berat melawan beberapa pemerintah Uni Eropa yang sangat berhati-hati dalam memberikan Brussels suara dalam cara mereka mengatur industri pertahanan mereka.
Komisi Eropa tidak memiliki mandat hukum untuk merumuskan kebijakan pertahanan, dan negara-negara Uni Eropa mengoordinasikan pertahanan mereka melalui NATO.
Kubilius melihat pekerjaannya sebagai pelengkap NATO, bukan sebagai pesaing.
Baca Juga: Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik Jarak Pendek
"Uni Eropa tidak akan memiliki rencana pertahanan atau kepemimpinan militer, seperti yang dimiliki NATO - tetapi Uni Eropa memiliki instrumen untuk mendapatkan pembiayaan yang lebih besar, yang tidak dimiliki NATO," katanya.
Kubilius akan merasa senang jika dapat menginvestasikan lebih dari 500 miliar euro selama beberapa tahun ke depan untuk meningkatkan industri pertahanan Eropa.
Namun, ia kurang yakin dari mana mendapatkan uang tersebut.
"Bukan urusan saya... Seorang komisaris pertahanan harus tahu di mana harus membelanjakan uang, bukan bagaimana cara mendapatkannya. Itu terserah anggota komisi lainnya," katanya.
Baca Juga: Rusia Masih Salurkan Produk Minyaknya Senilai US$2 Miliar ke Barat Lewat Perantara
Kubilius menyarankan, ada sejumlah pilihan untuk mendanai perluasan industri pertahanan. Misalnya dengan menerbitkan obligasi pertahanan bersama, menggunakan dana dari Fasilitas Pemulihan dan Ketahanan pascapandemi Eropa, atau memanfaatkan Bank Investasi Eropa.