Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Otoritas Turki memblokir semua rekening bank dari bursa kripto Vebitcoin, dan meluncurkan penyelidikan atas platform tersebut, kantor berita Anadolu melaporkan Jumat (23 April).
Tindakan itu terjadi setelah Vebitcoin mengumumkan, mereka menghentikan semua aktivitasnya dengan alasan kesulitan keuangan.
Vebitcoin menjadi bursa kripto Turki kedua dalam seminggu yang menghadapi masalah, setelah Thodex menyetop kegiatannya dan pihak berwenang menahan puluhan orang yang diduga terkait dengan platform itu.
Pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Thodex Faruk Fatih Ozer melarikan diri ke Albania dengan memegang aset investor senilai US$ 2 miliar dari hampir 400.000 pengguna.
Vebitcoin, platform bursa kripto yang berbasis di Turki, mengumumkan pada Jumat, mereka telah menghentikan semua aktivitas "untuk memenuhi semua peraturan dan klaim".
Baca Juga: Bahaya, bursa cryptocurrency terbesar di Turki kolaps
"Karena perkembangan terbaru dalam industri uang kripto, ada kepadatan yang jauh lebih tinggi dalam operasi kami dari yang diharapkan," kata Vebitcoin dalam pernyataan di situsnya
"Kami ingin menyatakan dengan menyesal, bahwa situasi ini telah membawa kami ke proses yang sangat sulit di bidang keuangan," ujar Vebitcoin, seperti dikutip Reuters.
"Kami memutuskan untuk menghentikan aktivitas kami untuk memenuhi semua peraturan dan klaim," tambah mereka.
Jaksa menahan empat orang
Badan Investigasi Kejahatan Keuangan Turki (MASAK) memblokir akun perusahaan dan memulai penyelidikan, Anadolu melaporkan.
Baca Juga: Bursa kripto Turki kolaps, kinerja aset kripto turun drastis
Polisi Turki menahan empat orang sebagai bagian dari penyelidikan terhadap Vebitcoin.
"Empat administrator dan pegawai perusahaan (Vebitcoin) ditahan pada Sabtu (24 April) atas tuduhan penipuan," kata Mehmet Nadir Yagci, jaksa penuntut di Kota Mugla, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters.
Kabarnya, salah satu yang ditahan adalah CEO Vebitcoin Iker Bas.
Minggu lalu, bank sentral Turki melarang penggunaan aset kripto untuk pembayaran, dengan alasan kerusakan yang "tidak bisa diperbaiki" dan risiko transaksi sebagai alasan larangan tersebut.
Baca Juga: Penyebab harga berbagai mata uang kripto selama sepekan terakhir rontok
Volume pembelian kripto di negara berpenduduk 84 juta orang itu naik 10 kali lipat selama November 2020 hingga Maret 2021. Soalnya, orang Turki mencari cara untuk menghemat tabungan mereka selama penurunan nilai mata uang lira.
Hasil analisis perusahaan kripto Chainalysis dan Kaiko menunjukkan, volume harian pembelian kripto di Turki naik dari 500 juta lira (US$ 60 juta) pada November 2020 menjadi enam miliar lira pada Maret 2021.
Coinhills menempatkan Turki sebagai pasar crypto terbesar kelima di dunia.
Tetapi, Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan bersiap untuk segera memperketat peraturan setelah memutuskan untuk melarang penggunaan crypto untuk pembelian barang dan layanan mulai 30 April.