kontan.co.id
banner langganan top
Selasa, 29 April 2025 | : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

DeepSeek Rontokkan Saham Nvidia, Trump Pertimbangkan Pengetatan Ekspor Chip ke China


Kamis, 30 Januari 2025 / 06:39 WIB
DeepSeek Rontokkan Saham Nvidia, Trump Pertimbangkan Pengetatan Ekspor Chip ke China
ILUSTRASI. Kekhawatiran meningkat bahwa China mengejar ketertinggalan AS dalam pengembangan AI setelah DeepSeek China pekan lalu meluncurkan asisten gratis yang menggunakan lebih sedikit data dengan biaya yang jauh lebih murah. KONTAN/Muradi/2019/06/27


Sumber: Reuters,Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang mempertimbangkan pengetatan pembatasan penjualan chip H20 milik Nvidia, pemimpin kecerdasan buatan atawa artificial intelligence (AI), yang dirancang untuk pasar China, kata tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.

Pembicaraan untuk membatasi pengiriman chip tersebut ke China masih dalam tahap awal di antara pejabat Trump, menurut sumber yang dikutip Reuters. Mereka menambahkan bahwa gagasan tersebut telah dipertimbangkan sejak pemerintahan mantan Presiden Demokrat Joe Biden. 

Chip H20 dapat digunakan untuk menjalankan perangkat lunak AI dan dirancang untuk mematuhi pembatasan AS yang ada pada pengiriman ke China, yang dipelopori oleh Biden.Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.

Nvidia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "siap bekerja sama dengan pemerintah saat pemerintah tersebut menjalankan pendekatannya sendiri terhadap AI."

Baca Juga: Saham Apple dan Nvidia Turun, S&P 500 dan Nasdaq Stagnan Jelang Keputusan The Fed

Kekhawatiran meningkat bahwa China mengejar ketertinggalan AS dalam pengembangan AI setelah DeepSeek China pekan lalu meluncurkan asisten gratis yang  menggunakan lebih sedikit data dengan biaya yang jauh lebih murah daripada model pemain lama. Ini mungkin menandai titik balik dalam tingkat investasi yang dibutuhkan untuk AI.

"Topik ini telah dibahas selama lebih dari setengah tahun di antara pejabat tingkat tinggi," kata Lennart Heim, seorang peneliti di RAND kepada Reuters. Dia mengatakan bahwa itu adalah rekomendasi yang dibuat selama pemerintahan Biden juga. 

"DeepSeek menegaskan hal ini," tambah Heim.

Biden, yang meninggalkan jabatannya bulan ini, memberlakukan serangkaian pembatasan yang melarang ekspor chip AI ke Tiongkok dan membatasi pengirimannya ke sejumlah negara lain. Namun, beberapa chip AI, termasuk H20 Nvidia masih dapat dikirim secara sah ke Tiongkok.

Baca Juga: Apakah Bubble AI di AS Meletus Gara-Gara DeepSeek?

Saham Nvidia masih belum pulih dari tekanan sejak awal pekan. Senin (27/1), harga saham Nvidia tumbang hampir 17%. Kapitalisasi pasar Nvidia hangus US$ 593 miliar, rekor kerugian satu hari untuk perusahaan mana pun di Wall Street.

Rabu (29/1), harga saham Nvidia kembali turun 4,03% ke US$ 123,79 per saham. Meski turun hari ini, harga saham Nvidia membaik ketimbang Senin (27/1) yang ditutup pada US$ 118,42 per saham. 

Para investor khawatir kemunculan model kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) China berbiaya rendah akan mengancam dominasi para pemimpin  AI seperti Nvidia.

Harga saham Nvidia tumbang hampir 17% dan menandai rekor kerugian satu hari dalam kapitalisasi pasar untuk saham Wall Street.

Baca Juga: Hari Terakhir Jelang Tahun Baru, Pasar Saham China Masih Menguat, Senin (27/1)

Apa itu DeepSeek?

DeepSeek kini menjadi aplikasi peringkat teratas yang paling banyak diunduh melalui Apps Store di AS, Inggris, dan China sejak diluncurkan pada 2023.

Popularitas DeepSeek yang melonjak menunjukkan tantangan bagi posisi AS, negara yang sempat dianggap sebagai pemimpin industri AI. Dibandingkan pesaingnya, DeepSeek menggunakan chip canggih yang tidak diimpor dari AS.

Hal ini menghasilkan aplikasi AI dengan daya komputasi lebih sedikit dan biaya lebih murah. Perubahan itu dinilai berpotensi membuat DeepSeek mengubah industri AI yang telah ada sebelumnya, sekaligus menantang dominasi perusahaan AI dari AS, seperti OpenAI.

Lalu, apa itu aplikasi AI asal China bernama DeepSeek?

DeepSeek adalah perusahaan rintisan asal Hangzhou, China yang didirikan pada 2023 oleh Liang Wenfeng melalui perusahaan berbasis AI, High-Flyer.

Pria kelahiran 1985 ini memiliki gelar di bidang teknik elektronik dan informasi dari Zhejiang University.

Didirikan pada 2015, High-Flyer fokus pada komputasi canggih untuk menganalisis data keuangan.

Baca Juga: Alibaba Rilis Model AI Qwen 2.5, Klaim Lebih Unggul dari DeepSeek

Pada 2023, Liang Wenfeng mengalihkan fokus perusahaan untuk menciptakan DeepSeek dengan tujuan mengembangkan model AI yang inovatif.

DeepSeek akhirnya berdiri dengan modal terdaftar hanya 10 juta yuan (Rp 22,3 miliar), menurut basis data perusahaan Tianyancha.

Dikutip dari Japan Times, Senin, DeepSeek merilis model awalnya pada 2023. Pada November 2024, perusahaan itu meluncurkan DeepSeek RI yang dirancang meniru pemikiran manusia.

Model tersebut mendukung aplikasi chatbot seluler. Situs antarmuka DeepSeek mulai rilis pada Januari 2025 sebagai alternatif OpenAI yang jauh lebih murah.

Model DeepSeek R1 diklaim memiliki kinerja yang setara dengan model terbaru OpenAI saat digunakan untuk tugas-tugas seperti matematika, coding, dan penalaran bahasa alami.

DeepSeek dioperasikan lulusan baru dari berbagai universitas ternama China seperti Peking University dan Tsinghua University. Meski minim pengalaman di lapangan, para peneliti membawa banyak keahlian akademis dan pola pikir kolaboratif.

Hal ini cukup ideal untuk mengatasi tantangan yang membutuhkan investasi tinggi tetapi laba rendah. Hingga Sabtu (25/1), aplikasi seluler DeepSeek diunduh 1,6 juta kali dan menduduki peringkat nomor satu di App Store Australia, Kanada, China, Singapura, AS, dan Inggris.

Baca Juga: Siapakah Liang Wenfeng, Pendiri DeepSeek?

Larangan ekspor chip AS ke China

Meski semakin populer, proses pembuatan aplikasi AI DeepSeek sempat terkendala kebijakan pemerintah AS yang membatasi penjualan chip canggih ke China sejak 2021.

Untuk mengatasi keterbatasan itu, DeepSeek memakai strategi yang fokus pada efisiensi guna menyempurnakan arsitektur modelnya. Strategi ini membuat perusahaan berhasil mengurangi kebutuhan sumber daya tanpa mengorbankan kinerja.

Dibandingkan aplikasi AI lain, DeepSeek juga dianggap lebih terjangkau. Model ini berdiri independen dan mampu menekan biaya bagi pengembang AI di China.

Keberhasilan DeepSeek yang lebih murah dapat mendorong pengembang lainnya untuk menurunkan harga teknologi mereka guna mempertahankan keunggulan.

Baca Juga: Terusik, Microsoft dan OpenAI Selidiki DeepSeek

Hal ini sekaligus mempertanyakan pengeluaran besar-besaran dari perusahaan seperti Meta dan Microsoft untuk memenuhi infrastruktur AI. Kondisi demikian juga dapat mengguncang pasar saham Asia karena investor akan lebih mendukung pihak yang terkait dengan DeepSeek.

Di sisi lain, DeepSeek juga punya kekurangan. Seperti model AI China lainnya, aplikasi ini menyensor topik yang dianggap sensitif di China. DeepSeek akan mengalihkan pertanyaan tentang kejadian bersejarah, kondisi geopolitik, serta tokoh politik asal China seperti Presiden Xi Jinping.

Popularitas DeepSeek yang melonjak juga sempat membuatnya mengalami gangguan pada infrastruktur. Karena itu, perlu ada pengelolaan lalu lintas yang lebih serius.

Baca Juga: Aksi Jual Saham Teknologi Melebar ke Jepang Saat DeepSeek Memicu Pemikiran Ulang AI

Perbandingan dengan OpenAI dan Meta AI

Dilansir dari Business Standard, Senin, Open AI dan Deepseek memanfaatkan AI untuk membuat model bahasa besar (LLM) sendiri.

DeepSeek-R1-Zero muncul dengan kemampuan penalaran yang kuat. Ini beda dari model tradisional yang bergantung pada fine-tuning yang diawasi. Untuk meningkatkan keterbacaan dan mengatasi ketidakkonsistenan bahasa, DeepSeek memperkenalkan DeepSeek-R1 dengan kinerja dan tugas penalaran menyamai model o1 OpenAI.

DeepSeek juga mengembangkan desain teknis seperti multihead latent attention (MLA) dan gabungan pakar sehingga modelnya lebih hemat biaya.

Baca Juga: DeepSeek Guncang Pasar Saham AS, Startup AI China Tantang Dominasi Teknologi Amerika

Model DeepSeek terbaru hanya membutuhkan sepersepuluh daya komputasi yang digunakan oleh model Llama 3.1 yang sebanding dari Meta.

DeepSeek R1 juga mendekati atau lebih baik daripada model pesaing dalam beberapa tolok ukur. Misalnya, AIME 2024 untuk tugas matematika, MMLU untuk pengetahuan umum, dan AlpacaEval 2.0 untuk kinerja tanya jawab.

DeepSeek PUN termasuk aplikasi AI berkinerja terbaik pada papan peringkat yang berafiliasi dengan UC Berkeley yang disebut Chatbot Arena.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu DeepSeek, Chatbot AI Gratis yang Kalahkan Dominasi ChatGPT?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2025/01/28/061500465/apa-itu-deepseek-chatbot-ai-gratis-yang-kalahkan-dominasi-chatgpt-.



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×