Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan bahwa dia telah mendapatkan mayoritas dukungan yang kuat dari anggota parlemen untuk membentuk pemerintahan baru dan sedang mencari audiensi dengan raja Malaysia untuk meresmikan pengangkatannya sebagai perdana menteri.
Anwar, yang akan membutuhkan persetujuan raja untuk menggantikan perdana menteri saat ini Muhyiddin Yassin, mengatakan pada konferensi pers bahwa dukungannya dari anggota parlemen berarti masa bakti Muhyiddin sebagai perdana menteri telah usai.
"Kami memiliki mayoritas dukungan yang kuat dan tangguh. Saya tidak berbicara tentang empat, lima, enam (kursi), saya berbicara tentang lebih dari itu," kata Anwar.
Baca Juga: Rantai pasok Huawei diserang, chairman: Kami akan perkuat
"Kami membutuhkan pemerintahan yang kuat dan stabil untuk menjalankan negara dan menyelamatkan negara," tambahnya.
Klaim pemimpin oposisi itu muncul kurang dari tujuh bulan setelah Muhyiddin merebut jabatan perdana menteri menyusul kekacauan politik yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan sebelumnya di bawah Mahathir Mohamad.
Jika Muhyiddin menemui raja terlebih dahulu, dia bisa menasihatinya untuk membubarkan parlemen dan memicu pemilihan umum nasional.
Baca Juga: Xi Jinping: Tak ada negara yang bisa dapat keuntungan dari kesulitan orang lain
Muhyiddin berkuasa pada Maret setelah mengamankan mayoritas parlemen dengan dukungan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang dikalahkan dalam pemilu 2018.
Lawannya menuduhnya merebut kekuasaan dengan menggeser aliansi alih-alih mendapatkan kekuasaan lewat kotak suara.
Tapi perdana menteri memiliki mayoritas tipis dan ada spekulasi dia bisa mendorong dilakukannya pemilihan umum untuk memenangkan mandat yang lebih kuat.
Anwar yang kini berusia 73 tahun memiliki karier politik yang kacau selama dua dekade terakhir. Pada awalnya seorang bintang politik Malaysia yang sedang naik daun.
Baca Juga: Lantang! Kuba sebut AS ancaman keamanan dunia di sidang PBB
Namun dia dipenjara karena kasus sodomi dan korupsi setelah perseteruan dengan pemerintah dan menghabiskan hampir 10 tahun di balik jeruji besi atas tuduhan yang dia dan pendukungnya gambarkan sebagai plot untuk menghancurkan karir politiknya.
Namun dia diberikan pengampunan kerajaan pada 2018, sebagai bagian dari kesepakatan dengan Mahathir untuk menggantikan jabatan perdana menteri.