kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dilanda badai Covid-19, India hadapi beban anggaran vaksin yang besar


Senin, 17 Mei 2021 / 15:53 WIB
Dilanda badai Covid-19, India hadapi beban anggaran vaksin yang besar
ILUSTRASI. Seorang wanita menangis saat kremasi suaminya yang meninggal karena Covid-19 di sebuah krematorium di New Delhi, India 5 Mei 2021.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - INDIA. India sedang menghadapi krisis Corona. Dengan jumlah korban yang terus bertambah, India harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengatasi penyebaran Corona.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (17/5), sebanyak 28 negara bagian di India harus mengeluarkan dana sekitar US$ 5 miliar atau lebih untuk biaya vaksinasi bagi orang dewasa mulai I Mei 2021.

Perdana Menteri India Narendra Modi meminta mereka bertanggung jawab untuk penyediaan program vaksin.

Baca Juga: Alhamdulillah! Warga Arab Saudi sudah bebas bepergian ke luar negeri

Nahasnya, negara bagian tengah hadapi keterbatasan dana. Akibatnya, mereka harus memotong anggaran belanja modal, menjual aset publik hingga menambah jumlah utang.

Secara sederhana, negara bagian membutuhkan biaya 354 miliar rupee  atau setara US$ 4,8 miliar untuk memberikan dua suntikan vaksin kepada sekitar 590 juta orang India dalam kelompok usia 18 hingga 44 tahun, dengan biaya gabungan 600 rupee per orang.

Jika periode vaksinasi diperpanjang bagi penduduk berusia di bawah 18 tahun maka beban biaya dapat meningkat menjadi 0,25% dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar US$ 7 miliar, menurut Madhavi Arora, ekonom Emkay Global Financial Services Ltd.

Tak hanya itu, beban tambahan datang ketika imbal hasil pinjaman lebih tinggi di tengah ancaman defisit fiskal. Selain itu, mereka juga gagal mengumpulkan dan membelanjakan anggaran sehingga berisiko  menghambat pemulihan ekonomi di tengah resesi tahun ini.

Ditambah lagi, negara bagian menyumbang 60% dari total pengeluaran pemerintah untuk pengembangan aset dan pembangunan infrastruktur, yang mendorong penciptaan dan pembukaan lapangan kerja baru.

Selain itu, mereka juga kesulitan menarik investor asing meskipun mereka membayar imbal hasil yang biasanya lebih tinggi daripada utang pemerintah federal. Guna mengatasi hal itu, pemerintah Modi mendorong negara bagian tersebut untuk menjual aset milik publik.

Pejabat keuangan di negara bagian selatan Tamil Nadu Palanivel Thiaga Rajan menyebut, penjualan aset merupakan salah satu cara untuk mengurangi beban utang.

Baca Juga: Kasus positif Covid-19 di India mulai turun

“Kami akan mengurangi banyak pengeluaran yang tidak penting dan mencoba menggalang sumber dana baru. Kami akan mencoba melakukan restrukturisasi utang. Kami akan melihat penjualan aset," terangnya.

Menurut bank sentral India, pandemi telah mengubah pos anggaran negara bagian secara signifikan. Tercatat, defisit bruto rata-rata untuk negara bagian sebelum Covid-19 sebesar 2,4% dari output. Namun setelah pembatasan wilayah (lockdown) menjadi 4,6% pada Maret 2021.

Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India, mengalami ketimpangan hingga 4,17% dari PDB per Maret. Padahal batas yang ditentukan sebesar 3%.  Bihar, salah satu provinsi paling miskin di negara itu juga memperkirakan ketimpangan hampir menyentuh 7%.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×