Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Agaknya China perlu menggelontorkan stimulus lebih banyak untuk menangkal perlambatan yang lebih tajam dan mencegah lebih banyak kehilangan pekerjaan.
"Jika pasar tenaga kerja memburuk tajam pada akhir 2019 dan awal 2020, dukungan kebijakan dapat meningkat pada Maret tahun depan," kata Tao Wang, Ekonom China di UBS dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Ketika langkah-langkah kebijakan antisipasi menguat dan mulai berlaku, Wang melihat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China akan rebound mulai kuartal II 2020 dan seterusnya.
Baca Juga: China tetapkan nilai tengah yuan di level terkuat dalam sebulan terakhir
Beijing telah mengandalkan kombinasi stimulus fiskal dan pelonggaran moneter untuk mengatasi perlambatan ekonomi saat ini. Tetapi analis mengatakan ruang untuk langkah kebijakan yang agresif telah dibatasi oleh kekhawatiran atas risiko utang dan perumahan.
Gubernur bank sentral China Yi Gang mengatakan pada akhir September lalu bahwa tidak ada kebutuhan mendesak untuk menerapkan pemotongan suku bunga besar.
Namun, analis dalam jajak pendapat Reuters terbaru memperkirakan Bank Sentral China akan melonggarkan kebijakan lebih lanjut dengan memotong reserve retirement ratios (RRR) bank dan suku bunga pinjaman satu tahun yang merupakan suku bunga acuan pinjaman baru.
Bank Sentral China telah memotong RRR tujuh kali sejak awal 2018, juga dua kali menggunting bunga pinjaman satu tahun sejak Agustus 2019.
Analis menebak, Bank Sentral China akan memangkas RRR 50 basis-poin lagi pada kuartal IV 2019, dan dua kali lagi pada paruh pertama 2020.
Baca Juga: China ingin berbicara lebih banyak sebelum menandatangani kesepakatan dengan AS