Sumber: Yonhap,The Guardian,Yonhap | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Ini bukan pendekatan logis untuk menghentikan vaksinasi hanya karena ada kematian," kata Kim Woo-joo, seorang profesor pengobatan infeksi di Rumah Sakit Guro Universitas Korea di Seoul.
“Mereka yang berada dalam kelompok berisiko tinggi, seperti lansia, memiliki kemungkinan kematian yang meningkat ketika gejala flu semakin parah, sehingga mereka harus divaksinasi. Namun, kita harus membuat lingkungan yang nyaman dan aman bagi mereka untuk menerima suntikan flu,” katanya.
Asosiasi Medis Korea, sebuah kelompok dokter yang berpengaruh, mendesak pemerintah menghentikan sementara semua program inokulasi untuk menghilangkan kekhawatiran publik dan memastikan vaksin itu aman.
Kim Chong-in, pemimpin partai oposisi utama People Power, menginginkan program itu dihentikan sampai penyebab kematian diverifikasi.
Baca Juga: Remaja 17 tahun meninggal setelah disuntik vaksin flu musiman di Korsel
Program gratis ini terbukti kontroversial sejak dimulai bulan lalu. Peluncuran ditunda selama tiga minggu setelah ditemukan bahwa sekitar 5 juta dosis disimpan pada suhu kamar daripada didinginkan, seperti yang dipersyaratkan.
Para pejabat mengatakan 8,3 juta orang telah diinokulasi sejak program dilanjutkan pada 13 Oktober, dengan sekitar 350 kasus reaksi merugikan yang dilaporkan.
The Guardian yang mengutip Yonhap melaporkan, angka kematian terbanyak di Korea Selatan terkait dengan vaksinasi flu musiman sebelumnya adalah enam pada tahun 2005. Para pejabat mengatakan sulit membandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena lebih banyak orang yang memakai vaksin tahun ini.
Baca Juga: Lebih dari 1.300 orang di Korsel menerima vaksin flu berpotensi rusak
Kim Myung-suk, 65 tahun, adalah di antara semakin banyak warga Korea Selatan yang memutuskan untuk membayar vaksin pilihan mereka, meskipun memenuhi syarat untuk mendapatkan dosis gratis.
“Meskipun sejauh ini hanya beberapa orang yang meninggal, jumlahnya terus bertambah dan itu membuat saya tidak nyaman,” katanya kepada Reuters di ibu kota, Seoul. “Jadi saya akan mendapatkan kesempatan di tempat lain dan akan membayarnya.”
Baca Juga: Korea Selatan akan amankan vaksin corona untuk 60% warganya