Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Nilai dolar Amerika Serikat (AS) melemah untuk hari ke-10 berturut-turut pada perdagangan Kamis (4/12/2025) waktu setempat, seiring data ekonomi yang lesu dan semakin menguatnya ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan pekan depan.
Di saat yang sama, yen Jepang menguat ke level tertinggi dalam dua setengah pekan terakhir, didorong ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga bulan ini.
Baca Juga: Warisan Miliarder Capai Rekor Tertinggi pada 2025
Ekspektasi The Fed Dipotong Dorong Dolar Melemah
Serangkaian data AS yang kurang menggembirakan memperkuat keyakinan pelaku pasar bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan pekan depan.
Berdasarkan data LSEG, pelaku pasar mematok probabilitas pemangkasan suku bunga sekitar 85%.
Selain itu, pasar juga mencermati spekulasi mengenai calon Ketua The Fed berikutnya. Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk menggantikan Jerome Powell yang masa jabatannya berakhir pada Mei.
Baca Juga: Rusia Blokir FaceTime Apple: Konflik Teknologi & Keamanan Siber
Hassett dinilai akan lebih dovish dan cenderung mendukung lebih banyak pemangkasan suku bunga, sebuah arah kebijakan yang sejalan dengan preferensi Presiden AS Donald Trump.
"Pasar membaca peluang bahwa kita akan mendapatkan Ketua The Fed yang lebih dovish dengan Hassett," ujar analis Danske Bank, Kirstine Kundby-Nielsen.
Menurut laporan Financial Times, beberapa investor obligasi menyampaikan kekhawatiran ke Departemen Keuangan AS bahwa Hassett dapat mendorong penurunan suku bunga yang agresif.
Indeks dolar AS melemah 0,1% ke level 98,786, mendekati posisi terendah lima pekan dan mencatat penurunan hampir 9% sepanjang tahun ini. Ini adalah rangkaian pelemahan terpanjang dolar dalam lebih dari setahun.
Baca Juga: Hujan Guyur Vietnam, Panen Robusta Terganggu; Premi Indonesia Melemah
Euro Menguat, Aktivitas Bisnis Zona Euro Membaik
Mata uang euro naik tipis kurang dari 0,1% ke US$ 1,1678, menyentuh level tertinggi sejak 17 Oktober.
Penguatan didorong data yang menunjukkan aktivitas bisnis di zona euro pada November tumbuh pada kecepatan tercepat dalam 30 bulan.
Euro telah menguat lebih dari 12% sepanjang tahun ini, mencatat performa tahunan terbaiknya sejak 2017, terbantu pelemahan dolar serta meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga AS.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) diperkirakan tidak mengubah suku bunga pada pertemuan dua pekan mendatang.
Pasar hanya mematok peluang sekitar 25% bahwa ECB akan melakukan penurunan suku bunga tahun depan.
Baca Juga: Trump Setujui Mobil Kei Jepang Dijual di AS, Meski Dinilai Berbahaya di Jalan Raya
Yen Melonjak, BOJ Diprediksi Naikkan Suku Bunga
Yen menguat 0,4% dan diperdagangkan pada level 154,56 per dolar setelah tiga pejabat pemerintah Jepang mengatakan kepada Reuters bahwa BOJ kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga pada Desember.
Meski demikian, prospek kebijakan setelah itu masih belum jelas. Pasar memperkirakan hanya satu kenaikan suku bunga lagi tahun depan, dan peluang sekitar 50% untuk tambahan kenaikan lainnya.
"BOJ yang masih berhati-hati, imbal hasil carry trade yang menarik untuk posisi long USD/JPY, dan tekanan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang akibat potensi ekspansi fiskal, semuanya masih menekan penguatan yen," ujar Chidu Narayanan, Kepala Strategi Makro APAC Wells Fargo.
Baca Juga: Menimbulkan Kontroversi di Eurovision, Israel Terancam Didiskualifikasi
Pergerakan Mata Uang Lain
Poundsterling bergerak di sekitar level tertinggi sejak 28 Oktober di US$ 1,3359.
Krona Swedia melemah terhadap dolar dan euro setelah inflasi tahunan negara tersebut kembali melambat pada November.
Yuan China sedikit melemah namun masih dekat level tertinggi 14 bulan. Bank sentral China menetapkan kurs tengah lebih lemah selama enam sesi beruntun, mengindikasikan kehati-hatian terhadap penguatan yuan yang terlalu cepat.
Sumber Reuters menyebut bank-bank BUMN China melakukan pembelian dolar untuk menahan penguatan yuan pekan ini.
Mata uang tersebut sejauh ini mampu menguat meski tertekan perang dagang, perlambatan ekonomi domestik, suku bunga rendah, dan turunnya investasi asing, menuju penguatan tahunan terkuat sejak 2020.












