Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Dolar Australia dan Selandia Baru mempertahankan penguatan pada Selasa (7/10/2025), di tengah aksi jual yen oleh investor yang beralih ke mata uang berimbal hasil lebih tinggi.
Langkah itu mendorong dolar Australia (Aussie) menembus posisi tertinggi dalam 11 bulan terakhir terhadap yen Jepang.
Baca Juga: Obligasi Jepang Tertekan, Imbal Hasil 30 Tahun Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa
Ekspektasi terhadap kebijakan fiskal ekspansif di bawah kepemimpinan Perdana Menteri terpilih Sanae Takaichi membuat pasar memangkas peluang kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ), sehingga yen kian tertekan.
Aussie melonjak hingga 99,67 yen, setelah naik 2,2% pada Senin, mencatat lonjakan harian terbesar sejak gejolak pasar akibat tarif AS pada April lalu.
Arus keluar dari yen turut mendorong Aussie naik ke US$0,6618, mendekati level resistensi US$0,6629, dengan support di kisaran US$0,6577–0,6527.
Sementara itu, dolar Selandia Baru (kiwi) bergerak di US$0,5840, setelah menguat 0,2% semalam. Kiwi menghadapi resistensi di US$0,5844 dan support di US$0,5805–0,5755.
Mata uang Selandia Baru akan menghadapi ujian penting pada Rabu (8/10) ketika Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) diperkirakan memangkas suku bunga acuan 3,0% setidaknya 25 basis poin, dengan peluang 50% untuk penurunan yang lebih agresif 50 bps.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Selasa (7/10) Pagi, Brent ke US$65,48 & WTI ke US$61,69
Prospek pelonggaran tersebut diperkuat oleh survei bisnis suram yang dirilis Selasa, menunjukkan ekonomi Selandia Baru kemungkinan kembali terkontraksi pada kuartal III, menandakan risiko resesi.
“Survei ini mendukung pandangan RBNZ bahwa pemulihan ekonomi masih lambat, dan bisa memperkuat argumen anggota komite yang pada Agustus lalu mendorong pemangkasan suku bunga lebih besar,” ujar Michael Gordon, ekonom senior Westpac.
“Kami tetap memperkirakan pemotongan 50 bps ke 2,50%,” tambahnya.
Sebagai respons, imbal hasil swap dua tahun turun ke level terendah sejak awal 2022 di 2,5751%.
Sebaliknya, investor mulai memangkas ekspektasi pelonggaran moneter jangka pendek oleh Bank Sentral Australia (RBA) setelah sikap hawkish pekan lalu.
Baca Juga: Yen Anjlok Tajam Usai Kemenangan Takaichi Picu Ekspektasi Stimulus Fiskal Baru Jepang
Kontrak berjangka kini hanya memperkirakan 40% peluang pemangkasan 25 bps pada November, dibandingkan dengan ekspektasi penuh sebulan sebelumnya.
Penguatan Aussie juga mendapat dukungan dari reli harga emas yang menembus US$3.900 per ons, mengingat Australia merupakan produsen dan eksportir utama logam mulia tersebut.
Pemerintah Australia bahkan memperkirakan emas akan menjadi komoditas ekspor bernilai terbesar kedua, melampaui gas alam cair (LNG) dengan pendapatan A$60 miliar pada tahun fiskal 2025/2026.