Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar AS menguat tajam pada Kamis (20/11/2025), menandai lonjakan harian terbesar dalam enam minggu, setelah risalah pertemuan Federal Reserve memperkecil peluang pemangkasan suku bunga pada Desember.
Sebaliknya, yen Jepang tertekan dan menyentuh level terendah 10 bulan, di tengah ekspektasi bahwa otoritas Jepang tidak akan segera melakukan intervensi untuk menahan pelemahan mata uangnya.
Baca Juga: Drama Taiwan-China Mencapai Langkah Baru: Taiwan Beli Sistem Udara Super Canggih
Yen Terperosok Meski Imbal Hasil Jepang Naik
Pelemahan yen terjadi setelah komentar Menteri Keuangan Satsuki Katayama yang menyebutkan tidak ada pembahasan spesifik mengenai nilai tukar dalam pertemuannya dengan Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda.
Pernyataan itu langsung memicu aksi jual yen, membuat mata uang tersebut turun 1% hingga ke 157,18 per dolar, level terendah sejak awal tahun.
Dalam beberapa bulan terakhir, yen telah melemah sekitar 6% sejak Perdana Menteri Sanae Takaichi terpilih, meski imbal hasil obligasi Jepang bergerak naik.
Kekhawatiran pasar terkait skala utang baru yang dibutuhkan untuk membiayai stimulus besar Takaichi membuat investor berhati-hati.
Baca Juga: China Pertahankan Suku Bunga Acuan untuk ke-6 Kalinya, Isyaratkan Sikap Berhati-hati
“Anda harus percaya adanya narasi ‘Sell Japan’, atau menyimpulkan bahwa hubungan-hubungan historis ini sudah tidak lagi stabil,” kata Vishnu Varathan, Kepala Riset Asia di Mizuho.
Ia merujuk pada anomali pelemahan yen yang terjadi meski selisih suku bunga AS–Jepang telah menyempit.
Di perdagangan pagi, yen bergerak stabil di sekitar 157 per dolar, level yang mendekati posisi awal tahun.
Para pelaku pasar memperkirakan intervensi baru dari otoritas Jepang kemungkinan terjadi jika yen mendekati level 160, atau bila volatilitas makin tinggi.
Baca Juga: Efek Domino Taiwan: China Setop Kunjungan, Pariwisata Jepang Kolaps?
Risalah The Fed Dorong Penguatan Dolar
Di luar Jepang, mata uang utama lain termasuk euro, sterling, dolar Selandia Baru, dan dolar Australia tertekan setelah risalah pertemuan The Fed bulan Oktober menunjukkan nuansa yang lebih hawkish.
Dokumen tersebut mengungkapkan bahwa “many” peserta telah menyingkirkan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember, sementara “several” masih melihat peluang pemangkasan. Perbedaan istilah itu dipandang signifikan oleh pasar.
“Dalam bahasa The Fed, ‘many’ lebih besar dari ‘several’, sehingga ada pesan hawkish yang mendukung dolar,” ujar Moh Siong Sim, Strategis Bank of Singapore.
Euro turun sekitar 0.4% sebelum stabil di $1,1528, sementara sterling merosot 0.7% ke level terendah dua pekan di $1,3043.
Baca Juga: AS–Arab Saudi Pamerkan Sejumlah Kesepakatan Bisnis Bernilai Ratusan Miliar Dolar
NZD Tergelincir, Divergensi Kebijakan Moneter Kian Jelas
Dolar Selandia Baru melemah 1%, menyentuh posisi terendah tujuh bulan di $0,5591, seiring menguatnya ekspektasi bahwa Bank Sentral Selandia Baru akan memangkas suku bunga minggu depan.
Seluruh pelaku pasar kini telah sepenuhnya menilai (fully priced in) kemungkinan pemangkasan tersebut.
Sebaliknya, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember turun drastis ke di bawah 25%, dari sebelumnya hampir 100% sebulan lalu.
Indeks dolar AS (DXY) melonjak 0,5% semalam, menembus rata-rata pergerakan 200 harinya dan terakhir naik 0,1% ke level 100,17.













