Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - China kembali mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya pada November, menandai enam bulan berturut-turut tanpa perubahan.
Keputusan ini sesuai ekspektasi pasar dan mencerminkan kehati-hatian bank sentral dalam merespons perlambatan ekonomi di tengah meredanya ketegangan dagang antara Beijing–Washington.
Keputusan mempertahankan loan prime rate (LPR) menunjukkan berkurangnya urgensi bagi People's Bank of China (PBOC) untuk meluncurkan stimulus moneter tambahan.
Baca Juga: Efek Domino Taiwan: China Setop Kunjungan, Pariwisata Jepang Kolaps?
Setelah tercapainya kesepakatan dagang terbatas dengan AS, tekanan eksternal mereda, sehingga PBOC merasa tidak perlu mengambil langkah pelonggaran agresif meski data ekonomi terbaru masih menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Pada Oktober, serangkaian indikator mulai dari ekspor hingga penjualan ritel mengirim sinyal perlambatan, meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan kuartal IV akan semakin menantang.
Angka-Angkanya
- LPR tenor 1 tahun tetap di 3,0%
- LPR tenor 5 tahun – acuan utama untuk kredit perumahan – dipertahankan di 3,5%
Keputusan ini sudah sepenuhnya diprediksi. Dalam survei Reuters terhadap 23 pelaku pasar, seluruh responden memperkirakan kedua suku bunga tidak akan berubah.
Baca Juga: AS–Arab Saudi Pamerkan Sejumlah Kesepakatan Bisnis Bernilai Ratusan Miliar Dolar
Konteks: Ketegangan Dagang Mereda, Fokus Beralih ke Stabilitas
Bulan lalu, Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping menyepakati pengurangan sebagian tarif AS terhadap barang China sebagai imbalan atas komitmen Beijing menindak perdagangan ilegal fentanyl, melanjutkan pembelian kedelai AS, dan menjaga kelancaran ekspor mineral tanah jarang ke AS.
Di tengah mencairnya tensi dagang tersebut, PBOC mengisyaratkan perubahan nada kebijakan.
Dalam laporan implementasi kebijakan moneter kuartal III, bank sentral kembali menyinggung pendekatan “cross-cyclical adjustment”—istilah yang terakhir kali muncul pada awal tahun lalu.
Pendekatan ini bertujuan meredam fluktuasi siklus ekonomi, artinya PBOC lebih berhati-hati dan cenderung tidak melakukan pelonggaran besar-besaran.
Baca Juga: Nvidia Redakan Kekhawatiran Bubble AI Berkat Kinerja Melesat dan Prospek Cerah
Pelemahan Kredit dan Konsumen Jadi Tantangan
Meski suku bunga tetap, kondisi ekonomi riil masih menunjukkan tekanan. Penyaluran pinjaman baru oleh bank-bank China anjlok pada Oktober dan berada jauh di bawah perkiraan pasar.
Baik rumah tangga maupun dunia usaha terlihat menahan diri mengambil utang tambahan akibat ketidakpastian ekonomi serta kekhawatiran lanjutan soal tensi perdagangan.
Ekspor China mengalami kontraksi, sementara pertumbuhan penjualan ritel kembali melambat, menandakan konsumsi domestik belum pulih secara meyakinkan.
“PBOC bersedia mentolerir moderasi lebih lanjut dalam pertumbuhan kredit, alih-alih merespons dengan pelonggaran moneter luas,” kata Xinquan Chen, ekonom Goldman Sachs.
Baca Juga: Drama Chip Global: Belanda Kalah Langkah, Nexperia Balik ke China!
Namun ia menegaskan bahwa pelonggaran hanya tertunda, bukan dibatalkan.
Dengan perlambatan ekonomi kini semakin terlihat, Goldman memundurkan proyeksi waktu terjadinya “dual cut” pemangkasan suku bunga kebijakan dan penurunan giro wajib minimum (RRR) ke kuartal I-2026, dari sebelumnya diperkirakan terjadi pada kuartal ini.













