Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berada dalam bahaya ketika seorang pria bersenjata mencoba melakukan serangan terhadapnya saat ia sedang bermain golf di Florida. Kejadian ini menyoroti tantangan besar dalam menjaga keamanan kandidat presiden di tengah kampanye politik yang semakin memanas.
Menurut laporan dari pejabat penegak hukum, serangan terjadi ketika beberapa agen Secret Service melihat seorang pria bersenjata di semak-semak dekat tepi lapangan golf Trump di West Palm Beach. Pria tersebut diduga membawa senapan jenis AK-47 dan meninggalkan dua ransel di lokasi kejadian.
Agen Secret Service segera menanggapi ancaman tersebut dengan menembakkan beberapa peluru ke arah pria tersebut. Meski berhasil melarikan diri, pria tersebut ditangkap kemudian setelah dikejar oleh petugas. Dia meninggalkan mobilnya, yang kemudian ditemukan di dekat lokasi, serta dua ransel yang diduga berisi barang-barang penting.
Baca Juga: Trump Kalah dalam Gugatan Pelanggaran Hak Cipta Lagu Hit '80-an Karya Eddy Grant
Identitas dan Latar Belakang Tersangka
Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Ryan Wesley Routh, 58 tahun, dari Hawaii, dikenal sebagai pendukung Ukraina. Routh sebelumnya berperan aktif dalam mendukung Kyiv pasca invasi Rusia pada tahun 2022.
Ia mengklaim bahwa tujuannya adalah merekrut pejuang asing untuk mendukung Ukraina, meskipun klaim tersebut tidak diterima oleh legiun internasional Ukraina dan dianggap tidak realistis.
Routh sempat menunjukkan dukungannya terhadap Ukraina melalui berbagai media sosial dan video, serta menyebut bahwa konflik tersebut adalah pertarungan antara kebaikan dan kejahatan.
Reaksi dan Tindakan Setelah Insiden
Dalam pernyataan di media sosial, Trump mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Secret Service dan polisi yang telah menjaga keselamatannya. Dia menegaskan komitmennya untuk terus maju dan tidak akan menyerah meski menghadapi ancaman tersebut.
Baca Juga: Donald Trump Katakan Benci Taylor Swift Setelah Mendukung Kamala Harris
Pejabat keamanan, termasuk Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, memberikan pernyataan mengenai insiden tersebut. Biden memastikan bahwa timnya akan menyediakan semua sumber daya yang diperlukan untuk melindungi Trump, sementara Harris menekankan bahwa kekerasan tidak memiliki tempat dalam politik.
Insiden ini juga menimbulkan spekulasi di tingkat internasional. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyiratkan bahwa insiden ini mungkin terkait dengan dukungan Washington terhadap Ukraina. Namun, pejabat Ukraina menolak klaim tersebut, menyebutnya sebagai propaganda yang tidak berdasar.
Perwakilan Ukraina, Andriy Kovalenko, menyatakan bahwa Moskow mungkin menggunakan insiden ini untuk menciptakan teori konspirasi tentang adanya "jejak Ukraina" dalam serangan tersebut.
Detail Teknis dari Insiden
Menurut Sheriff Palm Beach County, Ric Bradshaw, salah satu agen Secret Service melihat moncong senapan yang mencuat dari semak-semak dari jarak sekitar 400 hingga 500 yard dari Trump. Agen tersebut segera menindaklanjuti dengan menembakkan setidaknya empat kali sebelum pria bersenjata melarikan diri dengan mobil hitam Nissan.
Baca Juga: Percobaan Pembunuhan Terhadap Donald Trump Kembali Terjadi, FBI Lakukan Penyelidikan
Kejadian ini menambah kekhawatiran tentang seberapa ketat pengamanan yang diterapkan, terutama karena Trump, meskipun adalah mantan presiden, tidak mendapat perlindungan seketat seorang presiden yang sedang menjabat.