kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.607.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.317   10,00   0,06%
  • IDX 7.233   -24,48   -0,34%
  • KOMPAS100 1.065   -7,05   -0,66%
  • LQ45 844   -2,59   -0,31%
  • ISSI 214   -1,99   -0,92%
  • IDX30 434   -1,19   -0,27%
  • IDXHIDIV20 518   -2,00   -0,38%
  • IDX80 122   -0,92   -0,75%
  • IDXV30 124   -0,31   -0,25%
  • IDXQ30 142   -0,53   -0,37%

Donald Trump Cabut Kebijakan Bersejarah, Duka Bagi Pejuang Kesetaraan Pekerja!


Kamis, 23 Januari 2025 / 14:03 WIB
Donald Trump Cabut Kebijakan Bersejarah, Duka Bagi Pejuang Kesetaraan Pekerja!
ILUSTRASI. Presiden Donald Trump, yang baru saja dilantik sebagai Presiden AS ke-47 telah memulai masa jabatannya dengan serangkaian langkah kontroversial. REUTERS/Carlos Barria 


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Donald Trump, yang baru saja dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 pada Senin (20 Januari), telah memulai masa jabatannya dengan serangkaian langkah kontroversial.

Salah satu tindakan pertamanya adalah mencabut Perintah Eksekutif 11246 yang diperkenalkan pada 1965, yang telah menjadi dasar perlindungan terhadap diskriminasi di tempat kerja selama enam dekade.

Pencabutan Perintah Eksekutif 11246

Mengutip unilad, Perintah Eksekutif 11246 diperkenalkan oleh Presiden Lyndon Johnson pada tahun 1965, hanya dua tahun setelah Martin Luther King Jr. menyampaikan pidato legendarisnya "I Have A Dream."

Baca Juga: 8 Momen Canggung yang Mungkin Anda Lewatkan dari Pelantikan Trump

Perintah ini bertujuan untuk memastikan bahwa kontraktor pemerintah federal tidak melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender, atau asal negara dalam praktik perekrutan mereka.

Langkah Trump untuk mencabut perintah tersebut merupakan bagian dari rencananya untuk menghapus program Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) yang dianggapnya sebagai "diskriminasi ilegal dan preferensi."

Pemerintahannya menyatakan bahwa pencabutan ini bertujuan untuk "mengembalikan kesempatan berbasis merit" dan menghentikan program yang, menurut Trump, menciptakan ketidakadilan di pasar kerja.

Dampak Kebijakan Baru

Trump juga memerintahkan lembaga-lembaga pemerintah untuk segera menghentikan program DEI di Departemen Tenaga Kerja, dengan memberikan cuti berbayar kepada pegawai yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program tersebut.

Selain itu, pemerintah meminta identifikasi organisasi yang dapat dikenai investigasi kepatuhan sipil, termasuk perusahaan besar, yayasan dengan aset lebih dari US$500 juta, asosiasi hukum dan medis negara bagian, serta institusi pendidikan tinggi dengan dana abadi melebihi US$1 miliar.

Baca Juga: Ini 2 Saham yang Berpotensi Untung dari Kebijakan Energi Trump

Menurut pernyataan Gedung Putih, institusi-institusi besar seperti korporasi, lembaga keuangan, maskapai penerbangan, penegak hukum, dan universitas telah mengadopsi praktik "preferensi berbasis ras dan jenis kelamin" yang dianggap berlawanan dengan hukum hak sipil Amerika Serikat.

Reaksi Publik

Langkah ini memicu protes luas dari berbagai pihak. Basil Smikle Jr., seorang penasihat kebijakan dan ahli strategi politik, menyebut kebijakan ini sebagai upaya untuk "melemahkan kekuatan politik dan ekonomi komunitas kulit berwarna serta perempuan."

Sebaliknya, Senator Louisiana John Kennedy dari Partai Republik mendukung kebijakan tersebut, dengan mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghentikan diskriminasi adalah dengan menghapus preferensi berbasis ras dan jenis kelamin sepenuhnya.

Ia menyatakan bahwa "rakyat Amerika tidak terlalu mempermasalahkan ras atau gender seperti yang sering dibesar-besarkan di Washington."

Baca Juga: Ini Rincian Gaji dan Tunjangan Donald Trump Sebagai Presiden AS

Implikasi Jangka Panjang

Pencabutan Perintah Eksekutif 11246 tidak hanya memengaruhi kebijakan pemerintah federal, tetapi juga memberikan dampak pada sektor swasta, termasuk perusahaan besar dan lembaga pendidikan tinggi. Kebijakan ini memunculkan perdebatan tentang batasan antara meritokrasi dan perlindungan hak-hak sipil.

Para kritikus berpendapat bahwa langkah ini berpotensi memperbesar kesenjangan dalam akses kerja dan pendidikan, terutama bagi kelompok minoritas dan perempuan. Di sisi lain, pendukung kebijakan Trump percaya bahwa hal ini akan menciptakan persaingan yang lebih adil di pasar kerja.

Selanjutnya: Link Live Streaming Hoffenheim vs Tottenham di Europa League Pekan 7

Menarik Dibaca: Cara Menurunkan Gula Darah dengan Cepat saat Darurat di Rumah



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×