kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dugaan Pencurian Kripto Terbesar oleh Korut Bakal Berakhir Sia-sia, Ini Sebabnya


Jumat, 01 Juli 2022 / 05:50 WIB
Dugaan Pencurian Kripto Terbesar oleh Korut Bakal Berakhir Sia-sia, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. ksi pencurian besar-besaran oleh Korea Utara ini bakal berakhir sia-sia. Pasalnya, pasar mata uang kripto mengalami penurunan tajam dalam beberapa waktu terakhir. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Kementerian luar negeri Korea Utara menyebut tuduhan semacam itu sebagai propaganda AS.

Menurut pihak berwenang AS, serangan peretasan yang dilakukan bulan Maret senilai US$ 615 juta terhadap proyek blockchain Ronin, yang menggerakkan game online populer Axie Infinity, adalah pekerjaan operasi peretasan Korea Utara yang dijuluki Lazarus Group.

Carlsen mengatakan kepada Reuters bahwa pergerakan harga yang saling berhubungan dari berbagai aset yang terlibat dalam peretasan membuat sulit untuk memperkirakan berapa banyak yang berhasil dipertahankan Korea Utara dari pencurian itu.

Jika serangan yang sama terjadi hari ini, mata uang Ether yang dicuri akan bernilai kurang lebih US$ 230 juta. Akan tetapi Korea Utara menukar hampir semua itu dengan Bitcoin, yang memiliki pergerakan harga terpisah, katanya.

"Tak perlu dikatakan, Korea Utara telah kehilangan banyak nilai, di atas kertas," kata Carlsen. "Tetapi bahkan dengan harga yang tertekan, ini masih merupakan tangkapan yang sangat besar."

Amerika Serikat mengatakan Lazarus dikendalikan oleh Biro Umum Pengintaian, biro intelijen utama Korea Utara. Biro tersebut telah dituduh terlibat dalam serangan ransomware "WannaCry", peretasan bank internasional dan rekening pelanggan, dan serangan cyber 2014 di Sony Pictures Entertainment.

Analis enggan memberikan perincian tentang jenis cryptocurrency apa yang dimiliki Korea Utara, yang mungkin memberikan metode investigasi. 
Chainalysis mengatakan bahwa Ether, cryptocurrency umum yang terkait dengan platform blockchain open-source Ethereum, adalah 58%, atau sekitar US$ 230 juta, dari US$ 400 juta yang dicuri pada tahun 2021.

Baca Juga: Peretas Bobol Koin Kripto Senilai Rp 1,48 Triliun

Chainalysis dan TRM Labs menggunakan data blockchain yang tersedia untuk umum untuk melacak transaksi dan mengidentifikasi potensi kejahatan. Pekerjaan tersebut telah dikutip oleh pemantau sanksi. 

Menurut catatan kontrak publik, kedua perusahaan tersebut bekerja dengan lembaga pemerintah AS, termasuk IRS, FBI, dan DEA.

Menurut para penyelidik, Korea Utara berada di bawah sanksi internasional yang meluas atas program nuklirnya, memberinya akses terbatas ke perdagangan global atau sumber pendapatan lain dan membuat pencurian kripto menarik.

Ditujukan untuk program nuklir

Meskipun cryptocurrency diperkirakan hanya sebagian kecil dari keuangan Korea Utara, Eric Penton-Voak, koordinator panel ahli PBB yang memantau sanksi, mengatakan pada sebuah acara pada bulan April di Washington, D.C., bahwa serangan siber telah menjadi "benar-benar fundamental" terhadap kemampuan Pyongyang untuk menghindari sanksi dan mengumpulkan uang untuk program nuklir dan misilnya.

Pada 2019, pemantau sanksi melaporkan bahwa Korea Utara telah menghasilkan dana sekitar US$ 2 miliar untuk program senjata pemusnah massalnya menggunakan serangan siber.

International Campaign to Abolish Nuclear Weapons yang berbasis di Jenewa mengestimasi, Korea Utara menghabiskan sekitar US$ 640 juta per tahun untuk persenjataan nuklirnya. Sedangkan menurut Bank Sentral Korea Selatan, Produk Domestik Bruto negara itu diperkirakan pada tahun 2020 menjadi sekitar US$ 27,4 miliar.

Sumber pendapatan resmi untuk Pyongyang saat ini jauh lebih terbatas dari sebelumnya di bawah penguncian perbatasan yang diberlakukan sendiri untuk memerangi COVID-19. 

China – mitra komersial terbesarnya – mengatakan pada tahun 2021 bahwa mereka telah mengimpor lebih dari US$ 58 juta barang dari Korea Utara.

Menurut Aaron Arnold dari think-tank RUSI di London, Korea Utara hanya mendapatkan sebagian kecil dari apa yang dicurinya karena harus menggunakan broker yang bersedia mengubah atau membeli cryptocurrency tanpa pertanyaan. 

Sebuah laporan pada Februari yang dirilis oleh Center for a New American Security (CNAS) memperkirakan bahwa dalam beberapa transaksi, Korea Utara hanya mendapatkan sepertiga dari nilai mata uang yang telah dicurinya.

Setelah mendapatkan cryptocurrency dalam pencurian, Korea Utara terkadang mengubahnya menjadi Bitcoin, kemudian menemukan broker yang akan membelinya dengan harga diskon dengan imbalan uang tunai, yang sering diadakan di luar negeri.

"Sama seperti menjual Van Gogh curian, Anda tidak akan mendapatkan nilai pasar yang wajar," kata Arnold.




TERBARU

[X]
×