Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Razak, 35 tahun, mengaku rutin memantau pergerakan nilai tukar. Ia menilai Indonesia kini menjadi destinasi yang semakin menarik, karena warga Malaysia bisa mendapatkan lebih banyak rupiah dibanding sebelumnya.
Sementara itu, manajer pemasaran Jack Yap, 50 tahun, mengaku menukar US$ 2.000 dan berencana menukarnya kembali ketika ringgit melemah.
“Karena ringgit sedang kuat, saya menukar dolar AS dan nanti akan menukarnya kembali saat ringgit melemah untuk mendapat keuntungan tambahan,” ujarnya, sambil menekankan strategi ini hanya cocok bagi mereka yang memiliki dana lebih.
Seorang ibu rumah tangga, Racheal Kaur, 55 tahun, mengatakan ia dan teman-temannya tengah merencanakan liburan pada Maret tahun depan. Melihat nilai tukar yang menguntungkan, ia sudah menukar sebagian euro dan dolar AS.
“Saya beruntung ringgit sedang kuat. Ini kabar baik bagi warga Malaysia yang ingin bepergian ke luar negeri. Saya bisa menukar lebih banyak uang dan punya ekstra untuk belanja,” katanya.
Tonton: OJK Percepat Konsolidasi, Sejumlah BPR Berguguran Sepanjang 2025
Kesimpulan
Penguatan ringgit hingga level tertinggi dalam lima tahun memberi dorongan besar bagi warga Malaysia, terutama untuk perjalanan luar negeri. Nilai tukar yang menguat membuat biaya liburan lebih murah, meningkatkan minat penukaran valuta asing, serta membuka peluang strategi keuangan bagi masyarakat yang memiliki dana lebih. Indonesia turut diuntungkan karena menjadi destinasi yang semakin menarik bagi wisatawan Malaysia.













