kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   4,88   0.55%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Rusia: Ekonomi Rusia Dalam Kondisi Buruk Meski Kremlin Bilang Sebaliknya


Rabu, 22 November 2023 / 05:37 WIB
Ekonom Rusia: Ekonomi Rusia Dalam Kondisi Buruk Meski Kremlin Bilang Sebaliknya
ILUSTRASI. konom terkemuka Rusia, mengatakan kepada Reuters bahwa Kremlin telah memberikan gambaran positif mengenai perekonomian negaranya, padahal situasinya buruk. Sputnik/Ramil Sitdikov/Kremlin via REUTERS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Lipsits mengatakan kepada Reuters bahwa ia memperkirakan akan terjadi stagnasi ekonomi dan kemerosotan serius setelah pemilihan presiden negara itu pada bulan Maret. 

Pemimpin petahana, Vladimir Putin, diperkirakan akan memenangkan pemilu.

Lipsits, yang tinggal di luar Rusia, adalah seorang profesor di Universitas HSE bergengsi di Moskow. Dia mengumumkan melalui Telegram bahwa dia meninggalkan institusi tersebut pada bulan September setelah manajemen sekolah membatalkan kontrak kerja jarak jauhnya secara sepihak.

Lipsits dikenal karena menulis buku teks ekonomi yang digunakan siswa sekolah menengah di Rusia selama dua dekade. Kementerian Pendidikan Rusia membatalkan buku tersebut pada tahun 2019 setelah memutuskan bahwa beberapa isinya tidak cukup patriotik.

Pengakuan Kremlin

Rusia mengakui bahwa perekonomiannya berada di ambang kehancuran pada tahun lalu. Namun kini mereka mengklaim bahwa negara tersebut telah berhasil melewati sanksi dan berada di jalur pertumbuhan yang kuat tahun ini, meskipun terdapat proyeksi dari para ekonom mengingat masih adanya pembatasan terhadap perekonomiannya.

“Ada ancaman penurunan ekonomi, kami benar-benar harus memobilisasi semua sumber daya dan kekuatan internal untuk mencegah keruntuhan ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita Rusia TASS pada hari Minggu seperti yang dilansir dari Business Insider.

Peskov menambahkan, tekanan ekonomi tersebut sebagian besar disebabkan oleh sanksi internasional setelah invasi Rusia ke Ukraina. 

Baca Juga: Vladimir Putin Cabut Ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Global

Sanksi tersebut termasuk memotong cadangan devisa Rusia sebesar US$ 300 miliar, mengeluarkan beberapa bank dari jaringan SWIFT yang penting, dan menerapkan larangan serta batasan harga minyak Rusia sebesar US$ 60, yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara tersebut.

Namun, kata Peskov, negara ini telah berhasil pulih dan kini memasuki tahap pertumbuhan. 

Kremlin kini memperkirakan bahwa Rusia akan tumbuh sebesar 3% tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 2,2%.

“Berkat keputusan pemimpin negara yang penuh wawasan dan bijaksana, berkat kerja keras pemerintah, kita bisa mencapai titik tertinggi, menstabilkan [situasi ekonomi] dan kemudian, dengan cara yang benar-benar tak terduga, memasuki tren pertumbuhan," tambah Peskov.




TERBARU

[X]
×