kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonomi AS dan Eropa Kian Melambat


Kamis, 14 Agustus 2008 / 19:45 WIB


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK/DUBLIN. Tampaknya, perlambatan ekonomi global belum akan berakhir dalam waktu dekat ini. Di Amerika Serikat (AS), penjualan sektor ritel makin menyusut. Sementara, di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga semakin kerdil.

Departemen Perdagangan AS, Rabu (13/8), menyatakan bahwa pada bulan Juli 2008, nilai penjualan industri ritel turun 0,1% dari Juni lalu. Sekilas, angka penurunan ini tampak kecil. Tapi, jangan salah. Ini merupakan penurunan penjualan pertama bagi peritel AS dalam kurun waktu lima bulan terakhir.

Kelesuan sektor otomotif menjadi penyebab utama penurunan kinerja sektor ritel itu. Sebab, jika tak memperhitungkan penjualan di sektor otomotif, nilai penjualan seluruh industri ritel AS sebenarnya masih meningkat 0,4% sepanjang bulan Juli lalu.

Ada dua faktor utama yang memicu penurunan penjualan sektor otomotif AS. Yang utama adalah lonjakan harga bahan bakar. Selain itu, yang kedua, bank-bank juga semakin memperketat menyalurkan kreditnya. Mereka juga telah menaikkan bunga kredit pembelian mobil. Rata-rata bunga kredit mobil untuk jangka waktu 36 bulan telah naik menjadi 6,77% tahun ini, dari 6,10% selama lima tahun terakhir.

Yang mengkhawatirkan, tampaknya, tingkat inflasi AS juga bakal makin tinggi. Sebab, Departemen Perdagangan mencatat, sejak awal 2008 hingga bulan Juli, harga barang-barang impor telah melonjak hingga 21,6%. Ini merupakan lonjakan tertinggi sejak tahun 1982.

Melihat data-data itu, para ekonom meramal, konsumsi masyarakat AS bakal makin menyusut di masa mendatang. Apalagi, kucuran stimulus dari pemerintah AS nyaris habis. Data Departemen Keuangan menunjukkan, 90% dari total nilai stimulus berupa pengembalian pajak (rebates) yang mencapai US$ 100 miliar telah mengucur pertengahan Juli lalu.

Pertumbuhan Eropa Tidak lebih Baik

Sementara itu, kondisi perekonomian Eropa juga tak lebih baik. Kemarin (14/8), Badan Statistik Uni Eropa melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) turun 0,2% pada kuartal kedua 2008. Ini merupakan penurunan PDB kuartalan pertama untuk Uni Eropa dalam hampir satu dekade terakhir. Sebelumnya, pada kuartal pertama, ekonomi Eropa masih tumbuh sebesar 0,7%.

Pelambatan ekonomi ini terjadi merata di negara-negara besar Eropa. Di Jerman, misalnya, PDB turun 0,5% pada periode tersebut. Hal yang sama juga terjadi di Prancis, Italia, dan Belanda. Sementara, ekonomi Spanyol mencatatkan pertumbuhan yang paling kecil sejak resesi tahun 1993.

Penguatan euro menjadi biang keladi pelambatan ekonomi ini. Sebab, kondisi ini telah membuat ekspor Uni eropa merosot drastis. Selain itu, Juli lalu, angka inflasi tahunan Eropa juga telah mencapai 4% atau tertinggi dalam 16 tahun. Lonjakan inflasi ini memangkas daya beli dan konsumsi masyarakat Eropa.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×