Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Masalah yang Lebih Besar
Periode Januari-Februari berakhir dengan para produsen China bersiap menghadapi gelombang kedua tarif AS serta langkah balasan dari Beijing, yang akhirnya terjadi pada 4 Maret ketika Trump menggandakan tarif terhadap China menjadi 20%.
Sebagai respons, Beijing langsung memberlakukan tarif balasan sebesar 10%-15% terhadap ekspor pertanian AS dan memberlakukan pembatasan terhadap 25 perusahaan AS hanya beberapa menit setelah tarif Trump diberlakukan.
Para pembuat kebijakan China berjanji untuk memprioritaskan peningkatan konsumsi dan permintaan domestik pada 2025.
Baca Juga: China Temukan Harta Karun Energi Tak Terbatas, Cukup untuk Kebutuhan 60.000 Tahun!
Perdana Menteri China, Li Qiang, pada Rabu menyebut konsumsi dalam negeri sebagai "tidak mencukupi" dan "lemah" ketika mengumumkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% untuk tahun ini.
“Impor kemungkinan tetap lemah tahun ini kecuali terjadi pemulihan konsumsi dan investasi swasta yang lebih kuat dari perkiraan,” kata Lynn Song, kepala ekonom untuk China Raya di ING.
“Setelah menjadi pendorong pertumbuhan pada 2024, lingkungan eksternal kemungkinan akan kurang mendukung tahun ini, yang menambah tekanan bagi para pembuat kebijakan untuk meningkatkan permintaan domestik guna mencapai target pertumbuhan 5%,” tambahnya.
Pejabat China pada Kamis (6/3) memberi sinyal kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut serta injeksi likuiditas ke dalam sistem keuangan melalui pengurangan rasio cadangan wajib bank.
Baca Juga: Perang Dagang dengan AS Memanas, China Beralih ke Negara-Negara Ini
Dengan lemahnya permintaan rumah tangga dan masalah di sektor properti yang membebani pertumbuhan, para pejabat China harus mencari pasar ekspor alternatif untuk sektor industrinya yang luas guna menghindari ancaman deflasi.
Indikator deflator PDB China diperkirakan berada di -0,1% pada 2025, negatif untuk tahun ketiga berturut-turut, yang akan menjadi periode deflasi terpanjang sejak kebijakan Lompatan Jauh ke Depan Mao Zedong pada awal 1960-an.