Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - PARIS. Ekonomi Prancis diperkirakan akan berkontraksi atau turun 11% tahun ini akibat krisis virus corona. Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menambahkan bahwa kondisi ekonomi masih akan sulit hingga ada perbaikan pada tahun depan.
Prancis menerapkan salah satu lockdown paling ketat di Eropa sejak pertengahan Maret lalu. Negeri Menara Eiffel ini baru melonggarkan lockdown pada 11 Mei lalu. Tapi, kafe, bar, dan restoran baru boleh buka untuk bisnis reguler pada Selasa (2/6).
"Kami sangat tertekan akibat virus. Kami telah mengambil langkah yang efektif untuk melindungi kesehatan warga Prancis tapi ekonomi praktis terhenti dalam tiga bulan," kata Le Maire dalam wawancara dengan radio RTL.
Baca Juga: Benarkah Trump berniat membentuk kelompok G11 untuk mengisolasi China?
Alhasil, lockdown ini akan terasa pada pertumbuhan ekonomi. Le Maire mengatakan bahwa pembaruan anggaran tengah disiapkan untuk mempersiapkan kontraksi 11%, dari prediksi sebelumnya 8%.
Le Maire mengatakan bahwa sekitar 300.000 kafe, bar, dan restoran yang dibuka pada hari ini akan tetap mendapatkan dana dari dana solidaritas pemerintah hingga akhir tahun untuk menutup biaya tetap. "Meski kondisi membaik dan kafe-kafe telah dibuka, kita masih akan menghadapi bagian paling sulit dari sisi sosial dan ekonomi," ujar dia seperti dikutip Reuters.
Pemerintah Prancis mencoba untuk mencegah kebangkrutan peritel dengan mencari pembeli untuk jaringan pakain besar seperti Camaieu, Conforama, dan La Halle. Jaringan pakaian besar ini memperkerjakan ribuan orang.
Baca Juga: Printemps Paris buka kembali, toko Louis Vuitton diserbu pembeli
La Maire telah mengumumkan rencana stimulus untuk sektor pariwisata dan otomotif. Dia mengatakan, stimulus untuk industri kedirgantaraan tengah disiapkan pekan depan. Setelah itu, stimulus untuk sektor start-up dan bangunan akan menyusul.