kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Jepang bulan Juni anjlok 26,2%, pengiriman mobil dan suku cadang masih minim


Senin, 20 Juli 2020 / 09:30 WIB
Ekspor Jepang bulan Juni anjlok 26,2%, pengiriman mobil dan suku cadang masih minim
ILUSTRASI. Ekspor Jepang masih anjlok


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekspor Jepang kembali turun dua digit untuk bulan keempat berturut-turut pada Juni karena pandemi virus corona. Senin (20/7), Kementerian Keuangan Jepang (MOF) melaporkan, ekspor Jepang bulan Juni anjlok 26,2% dibanding tahun sebelumnya. 

Asal tahu saja, penurunan ekspor di bulan lalu lebih besar dari pada proyeksi analis dalam jajak pendapat yang dihimpun Reuters, yang sebesar 24,9%. Realisasi penurunan ekspor ini mengikuti pelemahan di bulan sebelumnya yang capai 28,3% secara yoy, dan menjadi pelemahan terburuk sejak September 2009.

Kemerosotan ekspor Jepang diperburuk oleh penurunan tahunan dalam ekspor mobil ke Amerika Serikat (AS). Padahal, ini merupakan ekspor utama dari Negeri Matahari Terbit. 

Baca Juga: Jepang mulai bayar insentif relokasi pabrik dari China

Pengiriman Jepang ke AS hampir berkurang setengahnya karena jatuhnya permintaan mobil dan suku cadang. Sementara ekspor ke China tetap melemah, menunjukkan tidak adanya mesin pertumbuhan yang kuat pada ekonomi global. 

Permintaan global untuk mobil dan barang tahan lama lainnya telah merosot sejak Maret karena pandemi mendorong banyak negara untuk melakukan lockdown dan memaksa bisnis tutup serta orang-orang tetap di rumah.

Meskipun lebih banyak negara yang kini mulai membuka kembali ekonomi mereka, data tersebut dapat mengurangi harapan untuk rebound cepat dalam permintaan global dan ekonomi yang dipimpin ekspor Jepang, kata para analis.

"Ekspor kemungkinan akan mengalami penurunan untuk saat ini," kata Takeshi Minami, Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute, mengutip kenaikan baru dalam kasus virus di Jepang dan Amerika Serikat.

"Jika permintaan domestik dan eksternal tetap lamban untuk jangka waktu yang lama, kapasitas pasokan dapat dipangkas, memicu lonjakan kebangkrutan dan kehilangan pekerjaan pada paruh kedua tahun fiskal ini," lanjut Takeshi.

Berdasarkan data MOF, terlihat pengiriman ke AS menukik 46,6% di bulan lalu. Ini terjadi setelah pengiriman kendaraan ambles 63,3%, ekspor mesin pesawat anjlok 56% dan pengiriman bagian mobil turun 58,3%. 

Padahal, sejak tahun 2018, AS menjadi pasar ekspor terbesar Jepang, diikuti China, berkat ekspor kendaraan bermotor, suku cadangan mobil dan mesin pembuat chip. 

Baca Juga: Impor bir Korea Selatan turun 7,2% di 2019, pertama kali sejak 2009

Selain AS, ekspor ke China, yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang turun 0,2% yoy. Koreksi tipis terjadi karena penurunan pada pengiriman mesin pembuat chip dan bahan kimia berhasil diimbangi oleh peningkatan pengiriman komoditas logam dan mobil.

Sementara itu, ekspor Jepang ke Asia, yang mengumbang lebih dari setengah ekspor Negeri Matahari Terbit ini turun 15,3%, sedangkan ekspor ke Uni Eropa turun 28,4%.

Penurunan ekspor membuat Jepang semakin sulit bangkit setelah tergelincir ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun. 

Ekonomi terbesar ketiga di dunia ini diperkirakan kontraksi 5,3% pada tahun fiskal ini. Ini akan menjadi kontraksi terbesar sejak data  sebanding tersedia pada tahun 1994. Berdasarkan hasil jajak pendapat Reuters, di tahun fiskal selanjutnya, ekonomi Jepang bakal tumbuh 3,3%. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×