Sumber: AFP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Para pemimpin dunia memperingatkan bahwa peran G20 sebagai forum utama penyelesaian krisis global kini terancam, akibat meningkatnya rivalitas politik dan perpecahan antarnegara. Situasi ini makin terasa karena Amerika Serikat memboikot pertemuan puncak yang digelar di Afrika Selatan — pertama kalinya KTT G20 diadakan di benua itu.
Mengutip AFP, di sela-sela pertemuan, para pemimpin Eropa juga dibuat sibuk merespons usulan sepihak dari Presiden AS Donald Trump terkait penyelesaian perang Ukraina, yang dinilai menguntungkan Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan kekhawatirannya secara blak-blakan. Menurutnya, G20 berada di ujung masa keemasan.
“Kita kesulitan menyelesaikan krisis besar bersama. G20 mungkin sedang mendekati akhir siklusnya,” ujarnya.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer sependapat, meski mencoba memberi nada optimistis.
“Jalan ke depan akan berat. Kita harus menemukan cara agar G20 kembali punya peran penting,” katanya.
Perdana Menteri China Li Qiang juga menyoroti meningkatnya proteksionisme dan langkah sepihak negara-negara kuat yang menurutnya menggerus solidaritas global.
Baca Juga: Babak Baru Panasnya Laut China Selatan: AS dan Filipina Bentuk Satgas Perang!
Sementara itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa — tuan rumah pertemuan — mencoba meredam ketegangan dan menegaskan bahwa G20 tetap relevan sebagai wadah kerja sama global, terlepas dari absennya AS.
Pertemuan Penuh Absensi dan Kepentingan Berbeda
Pertemuan ini berlangsung tanpa kehadiran Presiden AS Donald Trump, Presiden China Xi Jinping, dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebagai gantinya, China diwakili Li Qiang dan Rusia hanya mengirim pejabat Kremlin.
Meski begitu, deklarasi bersama G20 akhirnya berhasil disahkan. Isi deklarasi meliputi isu perubahan iklim, energi, utang negara berkembang, mineral strategis, serta seruan bersama untuk perdamaian di Ukraina, Gaza, Sudan, dan Republik Demokratik Kongo.
Namun, Argentina menyampaikan keberatan terhadap bagian yang membahas Palestina, meski hal itu tidak sampai menggagalkan dokumen tersebut.
Setelah sesi pembukaan, para pemimpin Eropa segera menggelar rapat tertutup untuk membahas proposal Trump terkait Ukraina. Beberapa pemimpin lain dari Australia, Jepang, Kanada, dan Uni Eropa kemudian ikut bergabung.
Baca Juga: Ada Peringatan dari AS, Tiga Maskapai Penerbangan Batalkan Penerbangan dari Venezuela
Menurut sumber diplomatik, komunikasi dengan Washington tetap berjalan, tetapi belum ada rencana pemimpin Eropa terbang ke AS dalam waktu dekat.
Bayangan 2026 dan Ancaman Masa Depan
Meski memboikot, AS tetap akan menjadi tuan rumah G20 berikutnya pada 2026 — di klub golf milik Trump di Florida.
Washington hanya mengirim staf tingkat rendah untuk prosesi serah terima, namun Afrika Selatan menolak level tersebut dan menuntut perwakilan yang lebih tinggi.
Tonton: Tiket Murah Nataru Bakal Berlaku Hari Ini: Kereta, Kapal, Pesawat Semua Didiskon
Kesimpulan
KTT G20 tahun ini menunjukkan semakin dalamnya perpecahan di antara kekuatan global, terutama terkait perang Ukraina, rivalitas AS–China, dan masalah geopolitik lain. Absennya pemimpin dari negara-negara besar, perdebatan antarblok, dan tekanan politik menunjukkan bahwa G20 berada dalam fase krisis legitimasi. Meski deklarasi bersama berhasil dirampungkan, banyak negara menilai forum ini tidak lagi seefektif dulu dalam menyelesaikan krisis global.













