kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.704   22,00   0,13%
  • IDX 8.686   36,81   0,43%
  • KOMPAS100 1.194   2,51   0,21%
  • LQ45 854   1,47   0,17%
  • ISSI 310   2,31   0,75%
  • IDX30 438   -2,03   -0,46%
  • IDXHIDIV20 505   -3,69   -0,72%
  • IDX80 134   0,58   0,44%
  • IDXV30 139   0,23   0,16%
  • IDXQ30 139   -0,99   -0,71%

Era Puncak Batubara? Ekspor Global Turun 5% di 2025


Selasa, 16 Desember 2025 / 13:42 WIB
Era Puncak Batubara? Ekspor Global Turun 5% di 2025
ILUSTRASI. Batu bara di Terminal Batubara Pelabuhan Guoyuan, China (CFOTO/Sipa USA via Reuters Conne/Costfoto)


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Pengiriman batubara termal global yang digunakan untuk pembangkit Listrik mencatat penurunan tahunan pertama sejak 2020 pada 2025.

Pelemahan ini terutama dipicu oleh turunnya pembangkitan listrik berbasis batubara di sejumlah pasar utama Asia, terutama China dan India.

Gavin Maguire, kolumnis Reuters pada Selasa (16/12/2025) berpendapat, mengacu data perusahaan intelijen komoditas Kpler, total ekspor batubara termal melalui jalur laut diperkirakan mencapai sekitar 945 juta metrik ton pada 2025.

Angka tersebut turun sekitar 5% atau setara 50 juta ton dibandingkan tahun 2024.

Baca Juga: Akuisisi Ascent Resources, Investor AS Kimmeridge Ajukan Tawaran Rp 99,6 Triliun

Penurunan impor dari negara-negara Asia yang merupakan kawasan konsumen batubara terbesar dunia menjadi faktor utama pelemahan tersebut.

Secara kumulatif, impor batubara termal Asia turun sekitar 7% atau sekitar 60 juta ton secara tahunan.

Kondisi ini memunculkan sinyal bahwa volume ekspor batubara global kemungkinan telah mencapai puncaknya dan berpotensi terus menyusut ke depan.

Dominasi Asia Mulai Melemah

Hingga tahun berjalan, negara-negara Asia menyumbang sekitar 89% dari total impor batubara termal dunia.

Sepanjang 2025, kawasan ini mengimpor sekitar 841 juta ton batubara termal.

China tercatat sebagai importir terbesar dengan volume sekitar 305 juta ton, disusul India 157 juta ton, Jepang 100 juta ton, Korea Selatan 76 juta ton, dan Vietnam 45 juta ton.

Baca Juga: Pasar Tenaga Kerja AS Diperkirakan Melemah, Rilis Laporan Tertunda Jadi Sorotan

Namun, dari lima pasar impor terbesar tersebut, hanya Korea Selatan dan Vietnam yang mencatatkan kenaikan impor secara tahunan.

Hal ini mencerminkan melemahnya permintaan batubara bahkan di kawasan dengan konsumsi tertinggi sekalipun.

Beberapa negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Turki memang mencatat pertumbuhan impor, tetapi volumenya masih jauh lebih kecil dibandingkan China dan India yang tetap menjadi penentu utama tren perdagangan batubara global.

Fokus China dan India

China dan India secara bersama-sama menyumbang sekitar 48% dari total impor batubara termal dunia.

Pada 2025, keduanya sama-sama mencatat penurunan impor akibat peningkatan produksi domestik dan bertambahnya pasokan listrik dari sumber energi lain.

Baca Juga: Militer AS Serang Kapal Narkoba di Pasifik Timur, Delapan Orang Tewas

Impor batubara termal China turun sekitar 12% atau hampir 43 juta ton menjadi 305 juta ton. Sementara itu, impor India menyusut sekitar 3% atau 4,3 juta ton menjadi sekitar 157 juta ton.

Kedua negara memiliki kebijakan yang mendorong produksi batubara domestik demi menjaga lapangan kerja.

Namun, kebijakan tersebut juga dihadapkan pada risiko kelebihan produksi batubara berkualitas rendah yang berpotensi meningkatkan polusi.

Di China, kampanye pemerintah untuk menekan kelebihan kapasitas diperkirakan akan menahan pertumbuhan produksi batubara domestik ke depan. Meski demikian, penurunan impor juga dibatasi oleh laju transisi energi yang agresif.

Pembangkit listrik dari energi bersih termasuk tenaga surya, angin, dan nuklir terus meningkat, sehingga porsi batubara dalam bauran listrik China turun ke rekor terendah 55,3% sepanjang 2025, dari hampir 59% pada 2024, menurut data lembaga kajian energi Ember.

Baca Juga: Bursa Asia Tertekan Selasa (16/12) Pagi, Jelang Rilis Data AS dan Rapat Bank Sentral

Di India, kombinasi produksi tambang domestik yang mencetak rekor dan menurunnya penggunaan batubara untuk pembangkit listrik bahkan mendorong pemerintah menerbitkan izin ekspor batubara.

Kondisi ini berpotensi meningkatkan persaingan antarnegara pengekspor mulai 2026.

Sepanjang 2025, batubara menyumbang kurang dari 70% pembangkitan listrik India, turun signifikan dibandingkan lebih dari 77% dalam dua tahun sebelumnya.

Penurunan ini dipicu oleh pesatnya pembangunan pembangkit energi surya dan angin, serta meningkatnya produksi listrik tenaga air ke level tertinggi dalam lebih dari enam tahun.

Ke depan, apabila tren penurunan konsumsi batubara di China, India, dan negara konsumen utama lainnya berlanjut, maka volume ekspor batubara global diperkirakan akan terus menyusut.

Kondisi ini berpotensi menekan margin eksportir utama seperti Indonesia dan Australia, sekaligus menandai fase kontraksi yang lebih luas dalam industri batubara global.

Selanjutnya: Usulan Akuisisi BP Ditolak, Bos Merger Shell Pilih Mundur

Menarik Dibaca: Nikmati 15 Promo Makanan & Minuman HUT BRI ke-130, J.CO hingga Marugame Harga Spesial




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×