Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Euro stabil di dekat level terendah dalam satu bulan pada Rabu (30/7/2025), setelah mengalami tekanan tajam sepanjang pekan ini.
Para investor mencermati dampak kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta menantikan keputusan kebijakan dari Federal Reserve (The Fed) dan Bank of Japan (BOJ).
Di saat bersamaan, pejabat Amerika Serikat dan China sepakat untuk mengejar perpanjangan gencatan senjata tarif selama 90 hari.
Baca Juga: Cermati Tingkat Kurs Dollar-Rupiah di BCA, BNI, BRI, dan Mandiri Hari Rabu (30/7)
Kesepakatan ini diumumkan pada Selasa setelah dua hari perundingan yang digambarkan sebagai “konstruktif” di Stockholm.
Namun, belum ada terobosan besar yang diumumkan. Pejabat AS menekankan bahwa keputusan akhir untuk memperpanjang gencatan tersebut berada di tangan Presiden Donald Trump. Gencatan itu sendiri akan berakhir pada 12 Agustus.
Perundingan antara AS dan China menyusul tercapainya kesepakatan awal antara AS dan Uni Eropa pada hari Minggu lalu.
Meskipun disambut dengan kelegaan di Eropa, kesepakatan tersebut dianggap timpang dan lebih menguntungkan pihak AS.
“Pasar tampaknya semakin melihat kesepakatan dagang sebagai simbolik dan taktis, bukan sebagai penyelesaian struktural,” kata Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo, Singapura.
“Dengan isi kesepakatan yang kerap samar dan mekanisme penegakan yang lemah, investor kini memberikan respons pasar yang lebih kecil terhadap negosiasi semacam ini, kecuali ada rincian konkret.”
Baca Juga: Rupiah Dibuka Menguat ke Rp 16.363 Per Dolar AS pada Hari Ini (30/7), Asia Perkasa
Euro tercatat menguat 0,12% menjadi US$1,1558 pada perdagangan awal Rabu, setelah melemah dalam dua hari sebelumnya dan menyentuh level terendah satu bulan di US$1,15185 pada Selasa.
Mata uang tunggal ini masih menguat 11,7% sejak awal tahun, namun sedang menuju penurunan bulanan pertamanya tahun ini.
Kinerja euro tahun ini terbantu oleh meredupnya daya tarik dolar AS akibat kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu, yang mendorong investor mencari alternatif.
Poundsterling berada di level US$1,3358, sementara dolar Australia diperdagangkan di US$0,6517.
Yuan lepas pantai tidak banyak berubah di 7,178 per dolar AS. Yen Jepang sedikit menguat ke level 148,20 per dolar.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, berada di 98,815, mendekati level tertinggi satu bulan. Indeks ini juga menuju kenaikan bulanan pertamanya tahun ini.
Fokus investor kini tertuju pada pertemuan kebijakan bank sentral, dengan The Fed akan mengumumkan keputusannya pada Rabu malam.
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Lanjut Melemah, Cermati Sentimen Penggeraknya, Rabu (30/7)
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan, sehingga pernyataan Ketua Jerome Powell akan menjadi sorotan utama untuk membaca arah kebijakan ke depan.
Keputusan ini hadir di tengah tekanan terus-menerus dari Presiden Trump yang menginginkan pemangkasan suku bunga, serta kritik keras terhadap Powell dari Trump dan pejabat administrasinya.
Ada spekulasi bahwa dua anggota FOMC, Gubernur Christopher Waller dan Wakil Ketua Bidang Pengawasan Michelle Bowman bisa saja mengajukan perbedaan pendapat (dissent) jika The Fed kembali mempertahankan suku bunga untuk kelima kalinya sejak Desember lalu.
“Meskipun dissent bukan hal yang langka, dalam pertemuan kali ini hal tersebut bisa mendapat perhatian lebih besar karena Trump telah dengan jelas menyatakan bahwa FOMC seharusnya menurunkan suku bunga,” kata Kristina Clifton, ekonom senior di Commonwealth Bank of Australia di Sydney.
“Dissent dalam pertemuan ini bisa dianggap bermuatan politik dan merusak persepsi atas independensi FOMC.”
Baca Juga: Pasar Kripto Waspada Jelang Keputusan The Fed, Investor Lakukan Profit Taking
BOJ juga diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneternya, dengan sorotan mengarah pada pernyataan Gubernur Kazuo Ueda.
Investor berharap bahwa kesepakatan dagang terbaru antara Jepang dan AS dapat membuka jalan bagi BOJ untuk menaikkan suku bunga lagi tahun ini.