Sumber: Mirror.co.uk | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepak bola, sebagai industri global dengan jutaan penggemar di seluruh dunia, kini menghadapi tantangan besar terkait dampak lingkungan.
Laporan terbaru dari New Weather Institute dan Scientists for Global Responsibility mengungkap bahwa sepak bola menyumbang antara 64 hingga 66 juta ton emisi karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya—setara dengan emisi tahunan seluruh Austria atau pembakaran 150 juta barel minyak.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah bahwa lebih dari 75 persen dari angka ini berasal dari kesepakatan sponsor dengan perusahaan-perusahaan berbasis bahan bakar fosil dan maskapai penerbangan.
Dampak Emisi Karbon dalam Sepak Bola
Laporan ini merupakan penelitian pertama yang secara komprehensif menilai jejak karbon industri sepak bola secara global. Hasilnya menunjukkan bahwa sepak bola tidak hanya gagal dalam mengurangi dampak lingkungan, tetapi justru berkontribusi besar terhadap percepatan perubahan iklim.
Baca Juga: Tradisi Piala Dunia Berubah? Arab Saudi Tegaskan Larangan Alkohol!
Beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya emisi karbon dalam sepak bola meliputi:
-
Penerbangan jarak pendek yang tidak perlu: Klub-klub sepak bola kerap menggunakan pesawat untuk perjalanan singkat yang sebenarnya bisa ditempuh dengan transportasi darat yang lebih ramah lingkungan.
-
Sponsorship dengan perusahaan pencemar tinggi: FIFA telah menjalin kerja sama dengan Aramco, UEFA dengan Qatar Airways, sementara klub-klub besar seperti PSG, Real Madrid, Arsenal, dan Manchester City bermitra dengan maskapai penerbangan seperti Qatar Airways, Emirates, dan Etihad.
-
Ekspansi turnamen global: Dengan Piala Dunia 2026 diselenggarakan di tiga negara, Piala Dunia 2030 di tiga benua, dan Piala Dunia 2034 di Arab Saudi, jumlah perjalanan udara yang diperlukan untuk penyelenggaraan semakin meningkat secara drastis.
Baca Juga: Mantan Pemain Sepak Bola Rusia Meninggal di Medan Perang Melawan Ukraina
Tanggung Jawab FIFA dan UEFA dalam Krisis Iklim
Sebagai otoritas tertinggi dalam sepak bola, FIFA dan UEFA telah menandatangani komitmen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengurangi emisi sebesar 50 persen pada 2030 dan mencapai net-zero pada 2040. Namun, laporan ini menyoroti bahwa sepak bola masih jauh dari mencapai target tersebut.
Menurut laporan tersebut, jika tren ini terus berlanjut, target Perjanjian Paris untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 1,5°C akan dilanggar sebelum tahun 2031. Sepak bola, sebagai olahraga dengan pengaruh besar di masyarakat, memiliki kewajiban moral untuk berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim.
Seruan untuk Melarang Sponsor Berbasis Bahan Bakar Fosil
Laporan ini menekankan bahwa salah satu langkah paling efektif untuk mengurangi jejak karbon sepak bola adalah dengan melarang sponsor dari perusahaan berbasis bahan bakar fosil, sebagaimana yang telah diterapkan terhadap industri tembakau.
Kesepakatan sponsor semacam ini tidak hanya berkontribusi pada emisi tinggi, tetapi juga menghambat kesadaran akan dampak lingkungan yang lebih luas.
Menurut Dr. Stuart Parkinson, peneliti utama dalam studi ini, industri sepak bola telah lama mengabaikan dampak sponsor terhadap emisi karbon. Data yang tersedia masih terfragmentasi dan tidak mencerminkan keseluruhan dampak yang dihasilkan oleh kegiatan industri ini.
Baca Juga: Raja Nainggolan Pemain Bola Belgia Ditangkap Polisi atas Kasus Perdagangan Kokain
Rekomendasi untuk Sepak Bola yang Lebih Berkelanjutan
Berdasarkan temuan laporan ini, ada dua langkah utama yang perlu segera diambil oleh industri sepak bola:
-
Melarang sponsor dari perusahaan pencemar lingkungan, terutama yang bergerak di sektor bahan bakar fosil dan penerbangan.
-
Merevisi kalender sepak bola global agar lebih berorientasi pada kompetisi regional guna mengurangi kebutuhan perjalanan udara yang berlebihan.
Langkah-langkah ini harus segera diimplementasikan untuk memastikan bahwa sepak bola tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim.