kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.199   58,00   0,81%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,76   1,36%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,24   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,54   1,04%
  • IDX80 127   1,40   1,11%
  • IDXV30 134   0,16   0,12%
  • IDXQ30 149   1,66   1,12%

FAO: Harga pangan global saat ini ada di level tertinggi dalam satu dekade


Jumat, 05 November 2021 / 14:52 WIB
FAO: Harga pangan global saat ini ada di level tertinggi dalam satu dekade
ILUSTRASI. FAO: Harga pangan global saat ini ada di level tertinggi dalam satu dekade.


Sumber: BBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - ROMA. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau FAO menyebutkan, harga pangan global saat ini telah mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Nilainya bahkan lebih tinggi dari kenaikan 30% yang terjadi tahun lalu.

Angka-angka yang dilaporkan FAO tersebut mengacu pada melonjaknya harga biji-bijian dan minyak sayur di seluruh dunia. Harga biji-bijian naik lebih dari 22% dibanding tahun sebelumnya. Sementara harga minyak nabati mencapai rekor tertinggi setelah naik hampir 10% pada Oktober.

Dilansir dari BBC, FAO melaporkan gangguan pasokan, harga komoditas yang tinggi, penutupan pabrik, dan ketegangan politik telah secara aktif membantu melonjaknya harga pangan global.

Baca Juga: Badan pangan PBB: Anak-anak Afghanistan bisa mati kelaparan

Harga gandum adalah salah satu kontributor utama kenaikan ini, dengan lonjakan hampir 40% dalam 12 bulan terakhir. Penyebabnya, hasil panen yang buruk dari negara eksportir utama, seperti Kanada, Rusia, dan AS.

FAO mengatakan, indeks harga minyak nabati didorong oleh kenaikan harga minyak sawit, kedelai, bunga matahari, dan lobak. Dalam kasus minyak sawit, harga telah didorong lebih tinggi setelah produksi dari Malaysia melemah karena kurangnya pekerja migran.

Masalah kekurangan tenaga kerja migran juga membantu menaikkan biaya produksi dan transportasi makanan di belahan dunia lain.

Gangguan pengiriman juga mendorong harga susu, dengan biaya produk susu naik hampir 16% selama tahun lalu.

Baca Juga: Di COP26, 190 negara dan organisasi sepakat meninggalkan batubara

Kepada BBC, pakar agribisnis di Curtin Business School, Peter Batt mengatakan, perubahan iklim juga menjadi salah satu penyebab penurunan produksi, terutama di sektor biji-bijian.

"Dalam kasus sereal, kita menghadapi situasi di mana dapat dikatakan bahwa perubahan iklim yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produksi. Kita mengalami tahun-tahun yang buruk di banyak tempat," kata Batt.

Brigit Busicchia dari Macquarie University menduga, spekulasi di pasar global juga berkontribusi terhadap volatilitas harga pangan. Dia juga menyoroti  kenaikan harga pangan biasanya dirasakan paling akut oleh orang miskin.

Puncaknya, kelompok-kelompok yang kurang beruntung ini akan terdorong semakin jauh ke dalam kemiskinan dan berpotensi meningkatkan ketegangan sosial dan politik.

Selanjutnya: WHO: Sekali lagi, Eropa jadi pusat pandemi Covid-19



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×