Sumber: Reuters, Bloomber | Editor: Dessy Rosalina
WASHINGTON. Pamor perbankan Amerika Serikat (AS) memang telah pulih. Tetapi, apakah ketahanan perbankan AS sudah cukup kuat andai krisis tahun 2008 terulang?. Pertanyaan ini bakal terjawab lewat uji ketahanan (stress test). Dalam waktu dekat, Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) bakal merilis poin-poin penting uji ketahanan.
"Persiapan modal dan ketahanan bank akan menentukan kewajiban permodalan di industri perbankan AS," tulis The Fed dalam rilisnya, mengutip seperti dikutip Reuters, kemarin. Meski perincian belum muncul, namun The Fed bakal melakukan stress test dengan acuan skenario perekonomian terburuk.
Skenario terburuk The Fed berdasarkan hipotetis, bukan sekadar perkiraan. Tujuan The Fed, hasil uji ketahanan terbaru bakal memacu 30 bank papan atas AS berbenah. Khususnya soal permodalan.
Secara khusus, The Fed membidik daya tahan enam bank dengan transaksi perdagangan terbesar. Mereka adalah JP Morgan Chase, Citigroup, Bank of America Corp, Goldman Sachs, Morgan Stanley dan Wells Fargo.
Enam bank tersohor ini harus membukikan kebolehannya menghadapi skenario terburuk. Mereka harus memperlihatkan bagaimana portfolio permodalan mereka cukup kuat menghadapi tekanan di pasar modal.
The Fed bakal mencermati ketahanan bank jika terjadi pergolakan hebat yang memengaruhi bisnis brokerage. Beberapa faktor tersebut adalah perubahan suku bunga dan krisis surat utang Eropa.
Dua skenario
Kemarin, The Fed memberikan bocoran perihal skenario terburuk yang bakal digunakan sebagai acuan uji ketahanan. Skenario pertama adalah jika AS kembali terjerumus ke fase resesi ekonomi.
Indikatornya adalah angka pengangguran menyentuh level 11,25% di tahun 2015. Indikator lain adalah ketika bursa saham terkoreksi lebih dari 50%. Skenario ini pun menempatkan harga rumah anjlok hingga 25%. "Ekonomi Asia juga menunjukkan pelambatan tajam," tulis The Fed.
Skenario kedua, The Fed mengacu pada beberapa asumsi. Misalnya, angka pengangguran bertengger di level 9,25% di tahun 2015. Kemudian, imbal hasil (yield) surat utang AS tenor 10 tahun AS meloncat ke level 5,75%di akhir tahun 2014.
"Regulator saat ini sedang mencari cara untuk menghadapi resiko yang terjadi apabila skenario itu sungguh terjadi," ujar Mark Levonian, Direktur Promontory Financial Group LLC kepada Bloomberg.
Catatan saja, sebanyak 18 bank AS memiliki permodalan sebesar US$ 836 miliar di kuartal II 2013 lalu. Angka ini tumbuh sebesar US$ 392 miliar dibandingkan kuartal I 2009.