Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah Filipina menyatakan telah mengirimkan logistik pada awal bulan ini kepada personel militernya yang bertugas di beberapa wilayah di Laut China Selatan. Wilayah-wilayah tersebut dikuasai oleh Filipina, namun juga diklaim oleh China.
Penjaga pantai China, pada Selasa (12/12), menyebut bahwa Filipina menggunakan kapal sipil untuk mengirim logistik ke kapal perang "yang secara ilegal terdampar" di Second Thomas Shoal.
Mereka juga mengklaim bahwa pengiriman tersebut dilakukan dengan "izin dari China."
Baca Juga: Penjaga Pantai China Izinkan Filipina Evakuasi Orang Sakit di Laut China Selatan
Hingga saat ini, tidak ada tanggapan langsung dari Kedutaan Besar Filipina di Beijing terkait pernyataan penjaga pantai Tiongkok tersebut.
Angkatan bersenjata Filipina menyatakan bahwa misi pengiriman logistik yang berlangsung pada 3-14 Desember itu mengirimkan "dukungan kehidupan esensial dan kebutuhan pokok" serta "paket Natal" untuk meningkatkan semangat para prajurit yang tidak dapat berkumpul dengan keluarga selama musim perayaan.
Meski pernyataan resmi tersebut tidak menyebutkan lokasi spesifik pengiriman logistik, foto-foto yang dibagikan oleh militer Filipina menunjukkan pasokan dikirimkan ke personel yang bertugas di kapal perang Sierra Madre di Second Thomas Shoal.
Pekan lalu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menyatakan bahwa negaranya tidak akan mengerahkan angkatan laut untuk mendukung nelayan Filipina di wilayah sengketa lainnya di Laut China Selatan guna menghindari eskalasi.
Baca Juga: Konflik di Laut China Selatan Memanas, Filipina Mulai Berani Hadapi China
Pada 4 Desember, kapal penjaga pantai Tiongkok dilaporkan menembakkan meriam air dan menabrak samping kapal milik biro perikanan Filipina yang sedang mengangkut pasokan untuk nelayan di Scarborough Shoal, menurut pejabat Filipina.
Penjaga pantai China menyebut kapal Filipina "secara berbahaya mendekati" wilayah perairan yang diklaim sebagai milik Tiongkok di sekitar Scarborough Shoal.
Ketegangan antara China dan Filipina terus meningkat sepanjang tahun ini akibat sengketa di Laut China Selatan. China mengklaim hampir seluruh wilayah perairan strategis tersebut, yang menjadi jalur perdagangan bernilai lebih dari US$ 3 triliun per tahun.
Selain China dan Filipina, wilayah ini juga diklaim oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam.
Baca Juga: Filipina Minta Pengakuan Klaim Laut China Selatan ke PBB, Malaysia dan Vietnam Ngamuk
China menolak keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada 2016 yang menyatakan bahwa klaim sepihak Tiongkok atas Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum internasional.