Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara telah menahan sejumlah pejabat galangan kapal yang bertanggung jawab atas kegagalan besar dalam peluncuran kapal perang baru, demikian dilaporkan media pemerintah KCNA pada Minggu.
Insiden tersebut terjadi di hadapan langsung pemimpin tertinggi Kim Jong Un, yang menyebut kecelakaan itu sebagai penghinaan terhadap "martabat negara".
Peluncuran Gagal di Hadapan Kim Jong Un
Kecelakaan terjadi saat peluncuran kapal perang seberat 5.000 ton di pelabuhan Chongjin, timur laut Korea Utara. Satelit menunjukkan kapal besar itu kini terguling ke samping, tertutup terpal biru, dengan bagian buritan mengarah ke pelabuhan sementara haluan tetap berada di slipway peluncuran.
Baca Juga: Citra Satelit Ungkap Korut dan Rusia Bangun Jembatan Penghubung, Ada Apa di Baliknya?
Analisis ini dikonfirmasi oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Amerika Serikat.
Peluncuran yang seharusnya menjadi unjuk kekuatan militer Korea Utara itu justru berubah menjadi momen memalukan. Para analis menyebut bahwa insiden tersebut kemungkinan besar disaksikan oleh kerumunan besar, sehingga memperparah dampak citra bagi rezim Kim.
Kim Murka, Insinyur Utama Ditahan
Setelah peluncuran yang gagal, otoritas penegak hukum Korea Utara langsung melakukan penyelidikan intensif. KCNA mengonfirmasi bahwa kepala insinyur Galangan Kapal Chongjin dan beberapa orang lainnya telah ditangkap karena dinilai bertanggung jawab atas kegagalan tersebut.
Kim Jong Un dikabarkan sangat murka dan menyebut bahwa "insiden ini mencoreng kehormatan negara", serta bersumpah akan memberikan hukuman berat bagi pihak-pihak yang lalai. Ia juga memerintahkan agar kapal tersebut diperbaiki dan dipulihkan sebelum pertemuan besar Partai Pekerja Korea yang dijadwalkan pada bulan Juni mendatang.
Baca Juga: Kim Jong Un Sebut keterlibatan Korut dalam perang Rusia-Ukraina Dibenarkan
Ancaman Militer dan Retorika Anti-AS
Dalam pernyataan terpisah yang dilansir KCNA, Kementerian Pertahanan Korea Utara menyatakan bahwa angkatan bersenjata negara itu akan “mengendalikan secara menyeluruh semua bentuk ancaman militer dari negara-negara musuh,” mengacu pada kehadiran militer AS dan sekutunya di kawasan.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa meskipun mengalami kegagalan teknis, Korea Utara tetap mempertahankan sikap konfrontatif terhadap Amerika Serikat dan sekutunya, terutama di tengah peningkatan aktivitas militer di wilayah Asia Timur.