kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.501.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.700   -85,00   -0,51%
  • IDX 8.647   2,68   0,03%
  • KOMPAS100 1.194   -2,61   -0,22%
  • LQ45 847   -5,47   -0,64%
  • ISSI 309   -0,04   -0,01%
  • IDX30 437   -2,15   -0,49%
  • IDXHIDIV20 510   -4,16   -0,81%
  • IDX80 133   -0,62   -0,47%
  • IDXV30 139   0,36   0,26%
  • IDXQ30 140   -0,77   -0,54%

Gejolak Pasar Global 2025: Tahun Kejutan di Era Kembalinya Donald Trump


Rabu, 31 Desember 2025 / 19:19 WIB
Gejolak Pasar Global 2025: Tahun Kejutan di Era Kembalinya Donald Trump
ILUSTRASI. Kembalinya Donald Trump ke tampuk kekuasaan di Amerika Serikat sebenarnya sudah diperkirakan akan membawa perubahan besar, (REUTERS/Eduardo Munoz)


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - LONDON. Tahun 2025 menjadi salah satu periode paling penuh kejutan bagi pasar keuangan global.

Kembalinya Donald Trump ke tampuk kekuasaan di Amerika Serikat sebenarnya sudah diperkirakan akan membawa perubahan besar, namun hanya sedikit investor yang membayangkan betapa liar pergerakan pasar yang akan terjadi serta hasil akhirnya.

Pasar saham global berhasil bangkit dari kejatuhan tajam akibat tarif “Liberation Day” pada April lalu. Indeks saham dunia tercatat naik sekitar 21% sepanjang 2025, menandai enam tahun pertumbuhan dua digit dalam tujuh tahun terakhir. Namun, jika menengok aset lain, deretan kejutan justru semakin mencolok.

Harga emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai utama di tengah ketidakpastian, melonjak hampir 70%, mencatatkan kinerja tahunan terbaik sejak krisis minyak 1979.

Sebaliknya, dolar AS melemah hampir 10%, harga minyak turun sekitar 17%, sementara obligasi berisiko tinggi alias junk bonds justru melonjak tajam di pasar utang.

Baca Juga: China Siapkan Kebijakan Ekonomi Lebih Proaktif Dorong Pertumbuhan 2026

Sementara itu, pesona saham teknologi raksasa AS yang dikenal sebagai “Magnificent Seven” mulai memudar. Setelah Nvidia mencatat sejarah sebagai perusahaan pertama dengan kapitalisasi pasar US$5 triliun pada Oktober, sentimen pasar terhadap sektor teknologi melunak. Bitcoin pun kehilangan sekitar sepertiga nilainya dari puncak tahunannya.

Manajer investasi DoubleLine, Bill Campbell, menyebut 2025 sebagai “tahun perubahan dan tahun kejutan”. Menurutnya, pergerakan besar di pasar saling terkait oleh isu-isu seismik yang sama, mulai dari perang dagang, geopolitik, hingga lonjakan utang global.

“Jika sebelumnya saya diberi tahu bahwa Trump akan menerapkan kebijakan perdagangan yang sangat agresif seperti sekarang, saya tidak akan menyangka valuasi aset bisa tetap setinggi ini,” ujar Campbell.

Saham Pertahanan Eropa dan Lonjakan Aset Tak Terduga

Kebijakan Trump juga mendorong reli besar pada sektor tertentu. Saham perusahaan senjata Eropa melonjak sekitar 55%, dipicu sinyal bahwa AS akan mengurangi perlindungan militernya terhadap Eropa, sehingga negara-negara NATO terdorong meningkatkan belanja pertahanan.

Efek berantai kebijakan tersebut turut membawa saham perbankan Eropa mencatatkan kinerja terbaik sejak 1997. Di Asia, saham Korea Selatan melesat sekitar 70%, sementara obligasi Venezuela yang sebelumnya gagal bayar mencatatkan imbal hasil hampir 100%.

Di pasar komoditas, perak dan platinum bahkan melonjak masing-masing 165% dan 145%.

Pasar Obligasi, Suku Bunga, dan Utang AI

Pasar obligasi global ikut bergejolak. Tiga kali pemangkasan suku bunga AS, kritik Trump terhadap The Federal Reserve, serta kekhawatiran utang yang membengkak menjadi faktor utama.

Rencana belanja besar Trump yang kerap disebut sebagai “big, beautiful spending plans” mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun menembus 5,1% pada Mei, level tertinggi sejak 2007.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik China Kembali Tumbuh di Desember 2025

Meski kini turun ke sekitar 4,8%, pelebaran selisih dengan suku bunga jangka pendek—yang dikenal sebagai term premia—kembali memicu keresahan investor.

Fenomena serupa terjadi di Jepang, di mana imbal hasil obligasi 30 tahun kembali menyentuh rekor tertinggi. Menariknya, volatilitas pasar obligasi global justru berada di level terendah dalam empat tahun, sementara utang negara berkembang berdenominasi mata uang lokal mencatatkan tahun terbaik sejak 2009.

Investasi besar di sektor kecerdasan buatan (AI) juga memperbesar dinamika utang. Goldman Sachs memperkirakan perusahaan hyperscaler AI telah menggelontorkan hampir US$400 miliar pada 2025, dan akan meningkat menjadi sekitar US$530 miliar pada 2026.

Pergerakan Mata Uang: Dolar Melemah, Emerging Market Bersinar

Pelemahan dolar AS membuat euro menguat hampir 14%, sementara franc Swiss naik sekitar 14,5% sepanjang 2025. Yuan China menembus level 7 per dolar AS, sedangkan yen Jepang yang sempat tertekan pada Desember akhirnya relatif datar secara tahunan.

Keterlibatan kembali Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin turut mendorong ruble Rusia melonjak sekitar 40%, meski tetap dibatasi sanksi. Mata uang negara berkembang juga mencuri perhatian, termasuk cedi Ghana, zloty Polandia, koruna Ceko, dan forint Hungaria yang menguat signifikan. 

Peso Meksiko dan real Brasil bahkan mencatatkan kenaikan dua digit meski di tengah ketegangan perang dagang.

Menurut Jonny Goulden dari J.P. Morgan, pasar mata uang negara berkembang berpotensi memasuki fase baru.

“Kami tidak melihat ini sebagai fenomena jangka pendek. Siklus bearish mata uang negara berkembang yang berlangsung 14 tahun tampaknya telah berakhir,” ujarnya.

Kripto dan Politik: Volatilitas Tanpa Henti

Di pasar kripto, Trump meluncurkan memecoin dan memberikan pengampunan presiden kepada pendiri Binance, Changpeng Zhao.

Baca Juga: Vietnam Menghadapi Tantangan Eksternal untuk Mencapai Pertumbuhan 10% pada 2026

 Bitcoin sempat mencetak rekor tertinggi di atas US$125.000 pada Oktober, sebelum anjlok ke sekitar US$88.000 dan diperkirakan menutup tahun dengan penurunan hampir 7%.

2026: Tahun Baru, Kekhawatiran Baru

Memasuki 2026, ketenangan belum terlihat. Trump sudah memanaskan mesin politik jelang pemilu sela November, dan diperkirakan akan menunjuk ketua baru Federal Reserve, sebuah langkah yang berpotensi menentukan independensi bank sentral AS.

Investor juga mencermati prospek ekonomi China, pemilu Israel sebelum Oktober yang berpengaruh pada gencatan senjata Gaza, serta upaya mengakhiri perang Ukraina yang masih penuh tantangan. Pemilu penting di Hungaria, Kolombia, dan Brasil juga diprediksi menambah volatilitas pasar global.

Pendiri Satori Insights, Matt King, menilai pasar memasuki 2026 dalam kondisi valuasi yang “luar biasa” dan sarat risiko.

“Ada risiko bahwa kita terus mendorong batas kemampuan kebijakan uang longgar. Retakan mulai terlihat, dari kenaikan term premia, aksi jual bitcoin, hingga reli emas yang berlanjut,” kata King.

Dengan kombinasi geopolitik, kebijakan fiskal agresif, dan ketidakpastian AI, pasar global tampaknya masih akan menghadapi tahun penuh tantangan dan kejutan ke depan.

Selanjutnya: Purbaya Pastikan APBN 2025 On Track dan Terkendali hingga Tutup Kas Akhir Tahun

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (1/1), Hujan Sangat Lebat Guyur Provinsi Ini




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×