Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
Keempat, ia menggunakan zero-base calendar di mana setiap agenda sosial, termasuk acara keluarga, harus ditimbang terhadap kewajiban bisnis.
Kelima, ia berupaya menghemat waktu transportasi, bahkan rela membayar lebih untuk penerbangan singkat ketimbang menempuh perjalanan darat berjam-jam.
Meski mengorbankan banyak hal, Barr menegaskan bahwa tujuannya bukan untuk selamanya meniadakan work-life balance. Ia berencana memperlambat ritme setelah mencapai target menjadi miliarder pada usia 30 tahun.
Pada tahap itu, ia berharap memiliki waktu dan sumber daya untuk fokus pada isu-isu sosial seperti perubahan iklim, kepunahan spesies, dan ketidaksetaraan ekonomi.
Baca Juga: 10 Negara dengan Work-Life Balance Terbaik Tahun 2025
Pandangan Barr menambah panjang daftar pemimpin yang menyoroti isu keseimbangan kerja-hidup.
Mantan Presiden AS Barack Obama pernah mengatakan bahwa untuk menjadi unggul dalam bidang apa pun, baik olahraga, musik, bisnis, maupun politik, seseorang pasti akan melalui fase hidup yang tidak seimbang dan hanya berfokus pada pekerjaan.
CEO Zoom, Eric Yuan, juga menilai work-life balance tidak berlaku bagi para pemimpin, karena dirinya bahkan rela meninggalkan hobi demi mengurus perusahaan bernilai US$ 20 miliar. Namun, ia tetap menegaskan bahwa keluarga adalah prioritas utama.
Baca Juga: Hanwha Life Tambah Produk Hanwha Secure Guard, Sasar Gen Z dan Milenial
Sementara itu, CEO JPMorgan, Jamie Dimon, menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental, fisik, serta hubungan sosial.
Ia percaya jika seseorang bekerja dengan efisien dan tidak membuang waktu, tetap ada ruang untuk menjalani kehidupan pribadi.