Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pasca gencatan senjata antara Amerika Serikat (AS) dan para pemimpin China pada perang dagang mendorong pasar global pada hari Senin (3/12) dan memicu lonjakan hampir 1% pada saham dunia dan mendorong penguatan mata uang berbagai negara terhadap dollar AS.
Benchmark saham Eropa dibuka naik tajam terlihat pada indeks saham Jerman yakni GDAXI memimpin dengan kenaikan 2,5% ke level tertingginya sejak 14 November dan Wall Street menguat. Asal satu saja, GDAXI merupakan saham yang paling sensitif terhadap Cina dan kekhawatiran perang perdagangan.
Kenaikan terjadi setelah China dan Amerika Serikat sepakat pada akhir pekan untuk menghentikan tarif tambahan satu sama lain. Kesepakatan itu mencegah perang dagang meningkat ketika kedua pihak mencoba menjembatani perbedaan dengan pembicaraan baru yang bertujuan mencapai kesepakatan dalam 90 hari.
"China telah setuju untuk mengurangi dan menghapus tarif pada mobil yang masuk ke China dari AS. Saat ini tarifnya 40%," ujar Presiden AS Donald Trump seperti diberitakan Reuters Senin (3/12). Hal ini membantu meningkatkan ideks auto Eropa atau SXAP lebih dari 4%.
Ahli strategi makro global di Woodman Asset Management Bernd Berg mengatakan gencatan ini menjadi berita bagus bagi pasar keuangan global. Sekaligus menandakan awal untuk reli akhir tahun dalam aset berisiko.
“Kami akan melihat reli di pasar negara berkembang dan ekuitas AS, mata uang negara berkembang, dan aset terkait China seperti Australia. Saya berharap rally akan berlangsung hingga akhir tahun,"tambah Berg.
Indeks dunia MSCI semua negara naik juga naik 0,9% dalam enam hari berturut-turut. Kenaikan ini merupakan pencapaian tertinggi sejak 9 November lalu. Ekuitas yang muncul yakni MSCIEF naik 2,1% dan ditetapkan untuk hari terkuat mereka dalam sebulan.
Saham Asia mengawali kenaikan, dengan pasar Cina daratan naik lebih dari 2,5%. Sementara Nikkei Jepang (N225) turut tegerek sebanyak 1,3% ke level tertinggi sejak enam minggu terakhir.
Suasana berisiko mendorong dollar AS 0,4% lebih rendah terhadap sekeranjang mata uang lainnya atau DXY. Sementara dollar AS merosot 0,6% terhadap euro .
Greenback telah berada di bawah tekanan dari pergeseran halus baru-baru ini dalam komunikasi kebijakan Federal Reserve ke sikap yang sedikit lebih netral. Komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell ditafsirkan oleh pasar sebagai mengisyaratkan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat.
Powell dijadwalkan memberikan kesaksian pada Rabu kepada Komite Ekonomi Gabungan kongres tetapi sidangnya diperkirakan akan ditunda hingga Kamis karena bursa utama akan ditutup pada hari Rabu untuk menghormati mantan Presiden AS George H.W. Bush, yang meninggal pada hari Sabtu.
Florian Hense, ekonom di Berenberg, mengatakan bahwa rally pasar tidak akan membawa kembali ke sikap Fed yang lebih galak.
"Kami perlu melihat beberapa rebound dalam aktivitas ekonomi untuk mengangkat ekspektasi kenaikan suku bunga," kata Genre.
Komentar Powell telah mengirim imbal hasil surat utang US lebih rendah tetapi mereka mundur dari posisi terendah dua bulan yang dicapai pada hari Jumat. Lantaran imbal hasil 10 tahun naik tiga basis poin menjadi 3,04%
Obligasi 10 tahun pemerintah Jerman, patokan untuk kawasan euro, imbal hasilnya naik terbesar dalam sebulan. Nilainya naik empat basis poin ke tertinggi 0,347%. Imbal hasil obligasi Eropa selatan berisiko jatuh di seluruh papan, dengan hasil Italia turun sekitar 10 bps ke posisi terendah dua bulan.
Mata uang yang muncul adalah salah satu penerima manfaat utama dari kelemahan dolar, dengan indeks MSCI naik 0,6%. Dipimpin oleh yuan China yang naik 1% untuk kenaikan harian terbesar sejak Februari 2016.
"Sentimen positif seperti itu tidak akan memudar segera (periode 90 hari) tidak pendek, cukup lama untuk menenangkan sentimen pasar," kata seorang pedagang di bank asing di Shanghai.