kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harapan, GSK uji obat yang bisa ringankan efek menghancurkan dari corona


Jumat, 08 Mei 2020 / 00:10 WIB
Harapan, GSK uji obat yang bisa ringankan efek menghancurkan dari corona


Sumber: Reuters,Bloomberg | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - GSK (GlaxoSmithKline) memulai percobaan untuk menguji obat rheumatoid arthritis eksperimental pada pasien yang menderita Covid-19 terkait pneumonia, setelah skrining obat yang berpotensi memerangi virus corona baru.

Obat otilimab, yang haknya GSK dapat dari perusahaan bioteknologi asal Jerman, Morphosys pada Mei 2013 lalu, mungkin meringankan efek yang menghancurkan dari virus corona pada paru, tapi tidak menekan virus secara langsung.

Melansir Reuters yang mengutip ClinicalTrials.gov, juru bicara HSK mengatakan, untuk percobaan tersebut, sekitar 800 pasien dengan kondisi paru yang parah akibat penyakit Covid-19 akan mendapatkan terapi otilimab atau plasebo.

Baca Juga: Temukan antibodi corona, Israel cari produsen yang mau produksi massal

"Hasil awal kami harapkan (keluar) menjelang akhir 2020, dan jika menjanjikan, GSK akan mengajukan (izin) ke regulator tahun depan," kata juru bicara GSK.

Sebelumnya, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS), Gilead Sciences Inc. melakukan uji coba obat remdesivir buatan mereka ke pasien Covid-19. Hasil awal dari uji klinis dengan pengawasan ketat menawarkan kabar baik.

Anthony Fauci, Kepala National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAD) yang melakukan penelitian mengatakan, uji coba obat remdesivir menunjukkan efek positif yang signifikan dalam mengobati pasien virus corona.

Gilead menyatakan, hasil dari uji coba NIAID memperlihatkan remdesivir eksperimental membantu pasien Covid-19 pulih lebih cepat dari perawatan standar. Hasil ini menunjukkan obat itu bisa menjadi pengobatan efektif pertama untuk virus corona.

Uji coba NIAID melibatkan lebih dari 1.000 pasien Covid-19, dan membandingkan pengobatan remdesivir dengan perawatan suportif menggunakan plasebo.

"Pasien yang mendapatkan obat remdesivir pulih dalam rata-rata 11 hari, sedangkan mereka yang mendapatkan plasebo pulih dalam 15 hari," ujar Fauci seperti dilansir Bloomberg.

Baca Juga: Tok, remdesivir dapat persetujuan BPOM AS untuk pasien corona

Menurut Fauci, data Gilead menunjukkan, remdesivir memiliki efek positif. "Hasilnya sangat signifikan jika Anda melihat waktu untuk pemulihan (pasien Covid-19)," kata Fauci.

Badan Makanan dan Obat AS (FDA) pekan lalu sudah memberi lampu hijau remdesivir untuk penggunaan darurat bagi terapi pengobatan pasien Covid-19 dengan menggunakan ventilator.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×