kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.074.000   -12.000   -0,58%
  • USD/IDR 16.478   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.699   70,08   0,92%
  • KOMPAS100 1.078   11,86   1,11%
  • LQ45 781   10,85   1,41%
  • ISSI 265   1,02   0,39%
  • IDX30 405   5,19   1,30%
  • IDXHIDIV20 472   4,72   1,01%
  • IDX80 119   1,26   1,08%
  • IDXV30 130   -0,39   -0,30%
  • IDXQ30 131   1,54   1,18%

Harga Minyak Dunia Naik Rabu (10/9) Pagi, Brent ke US$66,74 & WTI ke US$62,99


Rabu, 10 September 2025 / 08:50 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Rabu (10/9) Pagi, Brent ke US$66,74 & WTI ke US$62,99
ILUSTRASI. An oil pump jack pumps oil in a field near Calgary, Alberta, July 21, 2014. Pump jacks are used to pump crude oil out of the ground after an oil well has been drilled. REUTERS/Todd Korol


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID -  Harga minyak dunia naik pada Rabu (10/9/2025) setelah Israel melancarkan serangan terhadap pimpinan Hamas di Qatar dan Presiden AS Donald Trump mendorong Eropa menjatuhkan tarif pada pembeli minyak Rusia.

Namun, prospek pasar yang lemah menahan kenaikan lebih lanjut.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Setelah Serangan Israel Terhadap Qatar

Melansir Reuters, minyak mentah Brent naik 35 sen atau 0,53% menjadi US$66,74 per barel pada pukul 00.33 GMT.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 36 sen atau 0,57% ke posisi US$62,99 per barel.

Sehari sebelumnya, harga minyak ditutup naik 0,6% setelah Israel mengklaim menyerang pimpinan Hamas di Doha, yang menurut Perdana Menteri Qatar berpotensi menggagalkan pembicaraan damai Hamas–Israel.

Reaksi pasar minyak dinilai terbatas karena kondisi fundamental yang masih rapuh. Kedua benchmark sempat melonjak hampir 2% sesaat setelah serangan.

Namun kemudian mundur setelah AS meyakinkan Doha bahwa serangan serupa tidak akan terjadi lagi di wilayahnya.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Hampir 2% Pasca Serangan Israel di Qatar

“Respons terbatas harga minyak terhadap kabar ini, ditambah keraguan terhadap klaim Trump terkait potensi pengetatan sanksi minyak Rusia, membuat harga minyak tetap rentan melemah,” kata analis IG Markets Tony Sycamore dalam catatan risetnya.

Trump sebelumnya mendorong Uni Eropa untuk menjatuhkan tarif 100% kepada China dan India, dua importir utama minyak Rusia, guna menekan Presiden Vladimir Putin.

Kedua negara ini telah menjadi penopang utama ekspor minyak Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022, meskipun berada di bawah tekanan sanksi berat dari Barat.

Analis LSEG menilai, perluasan tarif sekunder ke pembeli besar seperti China dapat mengganggu ekspor minyak Rusia dan memperketat pasokan global, yang seharusnya menjadi sinyal positif bagi harga minyak.

Namun, ketidakpastian masih tinggi karena langkah agresif tersebut berpotensi bertabrakan dengan upaya pengendalian inflasi dan tekanan terhadap Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga.

Baca Juga: Ketegangan Geopolitik dan Kebijakan OPEC+ Dorong Kenaikan Harga Minyak

Pelaku pasar saat ini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pekan depan, yang dapat mendorong aktivitas ekonomi sekaligus meningkatkan permintaan minyak.

Meski demikian, fundamental pasar tetap lemah. U.S. Energy Information Administration (EIA) memperingatkan bahwa harga minyak global kemungkinan masih akan ditekan dalam beberapa bulan mendatang seiring meningkatnya persediaan akibat kebijakan OPEC+ yang menaikkan produksi.

Selanjutnya: Grafik Harga Emas Batangan Antam Hari Ini (10 September 2025), Naik atau Turun?

Menarik Dibaca: 15 Daftar Promo KA99ET Bank Saqu September 2025, Tomoro hingga HokBen Serba Rp 9.900




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×