Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Senin (15/12/2025), memangkas sebagian penurunan tajam pekan lalu, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan akibat memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 25 sen atau 0,4% ke level US$61,37 per barel pada pukul 00.55 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 23 sen atau 0,4% ke US$57,67 per barel.
Baca Juga: Emas Menguat Didukung Turunnya Imbal Hasil Obligasi AS, Perak Stabil Usai Cetak Rekor
Kenaikan harga minyak terjadi meski pasar masih dibayangi kekhawatiran kelebihan pasokan global serta prospek kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina yang berpotensi menambah pasokan minyak Rusia ke pasar dunia.
“Perkembangan pembicaraan damai Rusia–Ukraina bergerak antara optimisme dan kehati-hatian, sementara ketegangan antara Venezuela dan AS terus meningkat. Hal ini memicu kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan,” ujar ekonom senior NLI Research Institute, Tsuyoshi Ueno.
Namun demikian, ia menilai arah pasar masih belum jelas. Kekhawatiran oversupply tetap kuat dan jika risiko geopolitik tidak meningkat secara signifikan, harga WTI berpotensi turun di bawah US$55 per barel pada awal tahun depan.
Dari sisi geopolitik, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk melepaskan ambisi bergabung dengan aliansi militer NATO dalam pembicaraan selama lima jam dengan utusan Amerika Serikat (AS) di Berlin pada Minggu (14/12). Negosiasi lanjutan dijadwalkan berlangsung pada Senin.
Baca Juga: Ukraina Siap Lepas Ambisi Gabung NATO Demi Capai Perdamaian dengan Rusia
Utusan AS, Steve Witkoff, mengatakan bahwa “banyak kemajuan telah dicapai” dalam pembicaraan tersebut, meski belum mengungkapkan detail lebih lanjut.
Di sisi lain, militer Ukraina pada Jumat lalu menyatakan telah menyerang kilang minyak utama Rusia di Yaroslavl, wilayah timur laut Moskow. Sumber industri menyebutkan fasilitas tersebut sempat menghentikan produksi.
Perhitungan Reuters menunjukkan pendapatan minyak dan gas negara Rusia pada Desember diperkirakan anjlok hampir 50% dibandingkan tahun lalu menjadi sekitar 410 miliar rubel atau setara US$5,12 miliar, seiring turunnya harga minyak dan menguatnya nilai tukar rubel.
Jika tercapai, kesepakatan damai Rusia–Ukraina berpotensi membuka jalan bagi peningkatan ekspor minyak Rusia yang selama ini dibatasi oleh sanksi Barat.
Baca Juga: Sentimen Bisnis Jepang Capai Puncak 4 Tahun, BOJ Siap Naikkan Suku Bunga
Sementara itu, dari Amerika Latin, pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado pada Jumat lalu menjanjikan perubahan politik setelah secara diam-diam meninggalkan negaranya untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Situasi ini terjadi di tengah meningkatnya dampak penyitaan kapal tanker minyak Venezuela oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump pekan lalu.
Data pelayaran dan sumber maritim menunjukkan ekspor minyak Venezuela anjlok tajam menyusul penyitaan tersebut serta penerapan sanksi baru terhadap perusahaan pelayaran dan kapal yang berbisnis dengan produsen minyak Amerika Latin itu.
Dari sisi pasokan AS, perusahaan energi AS kembali memangkas jumlah rig pengeboran minyak dan gas untuk kedua kalinya dalam tiga pekan terakhir, menurut laporan Baker Hughes pada Jumat.













