Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga minyak lanjutkan pelemahan pada hari ini karena peningkatan produksi yang diantisipasi oleh OPEC+ dan dimulainya kembali ekspor minyak dari wilayah Kurdistan Irak melalui Turki memperkuat prospek surplus pasokan yang membayangi.
Selasa (30/9/2025) pukul 08.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2025, yang berakhir pada hari ini, turun 47 sen atau 0,69% menjadi US$ 67,50 per barel. Kontrak yang lebih aktif untuk kontrak pengiriman Desember 2025 turun 43 sen, atau 0,64% ke US$ 66,66 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2025 melemah 40 sen atau 0,63% ke US$ 63,05 per barel.
Penurunan ini memperpanjang pelemahan pada hari Senin (29/9/2025) ketika Brent dan WTI ditutup anjlok lebih dari 3% setelah mencatat penurunan harian tertajam sejak 1 Agustus 2025.
Penurunan harga minyak terjadi ketika wilayah Kurdistan Irak melanjutkan ekspor minyak mentah selama akhir pekan dan di tengah laporan bahwa OPEC+ kemungkinan akan menyetujui peningkatan produksi untuk bulan November pada pertemuan akhir pekan ini, tulis analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan kepada klien.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Imbas Serangan Pesawat Tak Berawak Ukraina Pangkas Pasokan Rusia
Dalam pertemuan yang dijadwalkan pada hari Minggu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC+) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan menyetujui peningkatan produksi minyak lainnya setidaknya 137.000 barel per hari, menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut.
"Meskipun (OPEC+) berada di bawah kuota mereka, pasar tampaknya masih tidak menyukai kenyataan bahwa lebih banyak minyak akan masuk," kata analis Marex, Ed Meir.
Sementara itu, minyak mentah mengalir pada hari Sabtu (27/9/2025) melalui pipa dari wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak utara ke Turki untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun, setelah kesepakatan sementara memecahkan kebuntuan, kata Kementerian Perminyakan Irak.
Pasar tetap berhati-hati dalam beberapa pekan terakhir, menyeimbangkan risiko pasokan, yang terutama timbul dari serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap kilang-kilang Rusia, dengan kekhawatiran kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan.
Di tempat lain, Presiden AS Donald Trump berhasil mendapatkan dukungan Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk proposal perdamaian Gaza yang didukung AS, tetapi sikap Hamas masih belum pasti.